Pengajar Prodi Administrasi Publik Fisip Universitas Hasanuddin Makassar Dr. Hasniati mengungkapkan, ada banyak jenis perilaku digital yang mengarah tindakan perundungan atau bullying yang kadang tak disadari para penggunanya. Ia lalu membeberkan sejumlah contoh perilaku bullying yang harus dihindari di ruang digital, khususnya dalam interaksi anak dengan sebayanya.
“Contoh perilaku bullying dunia digital atau cyberbullying yakni ketika memposting foto memalukan seseorang di medsos atau menyebar kebohongan tentang seseorang,” kata Hasniati, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Masyarakat Inklusi dan Perundungan Anak” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Kamis (26/8/2021).
Padahal, lanjut Hasniati, sebenarnya gambar foto memalukan termasuk dalam ranah data pribadi yang mengidentifikasikan identitas seseorang sehingga penyebarannya bisa menimbulkan konsekuensi hukum apabila tanpa izin orang yang bersangkutan.
Dalam webinar yang diikuti 379 peserta itu, Hasniati mengungkap pula, anak-anak bisa secara sadar atau tanpa sadar melakukan cyberbullying kepada sebayanya. Misal dengan cara mengucilkan dan mengecualikan yang bersangkutan dalam aktivitas, seperti bermain game online bersama atau membuang dari grup pertemanan.
”Cyberbullying juga terjadi manakala ada yang mengirim pesan atau ancaman dengan kalimat menyakitkan melalui fitur chatting atau berkomentar dengan kata kasar yang membuat marah pada kolom komentar media sosial,” jelas Hasniati.
Bahkan, aktivitas menirukan atau memakai akun palsu orang lain untuk mengirim pesan informasi negatif kepada orang lain, termasuk dalam cyberbullying ini.
“Perlu diketahui, akibat dari cyberbullying bagi korban bisa berlangsung lama dan membuatnya tak hanya terpengaruh secara mental, di mana ia akan selalu merasa kesal, malu, bodoh, marah. Tapi juga bisa menjadi sosok emosional, karena kehilangan minat pada apa pun yang dia suka dan secara fisik ikut membuatnya kelelahan karena kepikiran, kurang tidur, hingga sakit kepala dan perut,” kata Hasniati.
Tidak hanya bagi korban, cyberbullying juga memiliki akibat sendiri bagi pelakunya. ”Pelaku cyberbullying ini cenderung suka bersifat agresif, keras, gampang marah, impulsif, dan selalu ingin mendominasi orang lain serta tak punya rasa empati,” ujar dia.
Bahkan, bagi kita yang hanya bisa menyaksikan cyberbullying, jika diam seolah akan berpikir itu hal yang dapat diterima secara sosial. ”Tapi bisa juga diam atas cyberbullying itu karena takut menjadi sasaran berikutnya,” ucap Hasniati.
Untuk menghindari cyberbullying, Hasniati menyarankan setting privasi akun medsos yang ada dan kenali setiap akun palsu atau tak dikenal yang coba berteman. Bersihkan pula kontak pertemanan di medsos. “Kita punya kebebasan memblokir semua akun yang coba mengganggu, lindungi identitas yang ada dan berpikir dua kali sebelum memposting sesuatu,” ujarnya.
Sementara itu, narasumber lain dalam webinar, Kepala MAN Temanggung Khoironi Hadi mengatakan, jenis perundungan lewat media digital yang seharusnya terus diawasi bersama agar tak terjadi salah satunya adalah aktivitas verbal.
“Verbal yang dimaksud, seperti misalnya saling ejek, komentar asusila, pengancaman, atau penghinaan. Selain itu perundungan lain yang patut dihindari adalah perundungan sosial, berkenaan dengan relasi untuk merusak reputasi seseorang,” kata Hadi.
Dimoderatori Zacky Ahmad, webinar ini juga menghadirkan narasumber lain yakni Kepala MTsN Semarang Hidayatun dan penulis sekaligus Co- Founder Akademia Virtual Media, Muawwin, serta Putri Juniawan selaku key opinion leader.