Literasi digital adalah pengetahuan serta kecakapan pengguna dalam memanfaatkan media digital seperti alat komunikasi, jaringan internet, dalam mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi dan memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat dan patuh hukum dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
”Salah satu kemampuan yang harus dimiliki pengguna digital adalah digital skill yakni kecakapan dalam mengelola informasi, komunikasi, memecahkan masalah, menciptakan, bertransaksi, dan berpikir kritis,” ujar aktivis pemuda lintas iman Novita Sari pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kota Yogyakarta, Senin (16/8/2021).
Pada diskusi virtual bertajuk ”Internet untuk Kampanye Bangga Budaya Indonesia” itu, Novita mengungkapkan pentingnya kecakapan mengelola informasi dan penggunaan mesin pencarian untuk mencari informasi secara online, termasuk dalam mengkampanyekan bangga budaya Indonesia yang beragam.
Bangga budaya dapat diwujudkan di antaranya dengan menemukan dan memperkenalkan kepada khalayak seantero dunia website yang berisi tentang budaya Indonesia yang pernah dikunjungi sebelumnya, maupun kecakapan dalam mengunduh atau menyimpan foto yang ditemukan secara online.
”Kecakapan tersebut juga harus diimbangi dengan kecakapan mengkomunikasikan seperti mengirim pesan pribadi lewat email atau layanan pesan online media sosial, serta berhati-hati dalam membuat komentar dan menyebarkan informasi secara online,” tutur Novita.
Kecakapan lainnya, lanjut Novita, yaitu kecakapan dalam memecahkan masalah seperti memeriksa sumber informasi yang ditemukan secara online, maupun memecahkan masalah dengan perangkat atau layanan digital menggunakan bantuan online. Kemudian juga mampu melengkapi formulir aplikasi online yang menyertakan detail pribadi, serta membuat sesuatu yang baru dari foto, video atau musik online yang sudah ada.
Menurut Novita, kecakapan dalam bertransaksi digital bisa menjadi salah satu indikator apakah seseorang sudah terliterasi secara digital atau belum. Contohnya, membeli barang atau jasa dari sebuah website atau platform online shopping, maupun membeli dan install aplikasi pada gawai.
Dalam mengkampanyekan bangga budaya Indonesia, Novita berpesan untuk bersikap lebih berhati-hati, memilih, mengevaluasi dan memikirkan informasi yang disajikan atau yang diberikan kepada kita. Informasi apa pun hendaknya disaring supaya terhindar dari informasi hoaks.
Berikutnya, Ketua Atmawidya Alterasi Indonesia Titok Hariyanto menyatakan sudah saatnya budaya Indonesia menjadi sumber inspirasi produktif berinternet yang meliputi memproduksi barang dan jasa, memperdalam pengetahuan literasi, serta memproduksi pengetahuan.
Menurut Titok, ranah budaya seperti kuliner, tempat wisata, keragaman arsitek, pakaian dan adat istiadat, maupun kesenian daerah dapat menjadi inspirasi dalam berinternet yang mencakup memproduksi, menyebarkan, dan mengkomunikasikan, bahkan mengkolaborasikannya dengan pihak-pihak lain yang memiliki minat yang sama.
”Banyak warisan budaya dunia ada di Indonesia baik yang bersifat bendawi maupun non-bendawi. Mulai dari taman flora dan fauna, gunung berapi, ragam karya seni tradisi, batik, dan lainnya, yang kini butuh sentuhan digital untuk men’dunia’kannya,” jelas Titok menutup paparannya.
Diskusi virtual yang dipandu oleh moderator Vania Martadinata itu, juga menampilkan narasumber Yoshe Angela (Social Media Specialist PT Cipta Manusia Indonesia), Novy Widyaningrum (peneliti Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan UGM), dan Woro Mustiko (Penyanyi Tradisional Jawa dan Dalang Perempuan) selaku key opinion leader.