Masyarakat masih menganggap aktivitas membaca merupakan kegiatan untuk menghabiskan waktu atau to kill time, bukan mengisi waktu alias to full time dengan sengaja. Artinya aktivitas membaca belum menjadi kebiasaan tetapi lebih dianggap, dalam tanda kutip, sebagai kegiatan iseng.
“Kebiasaan membaca adalah kegiatan yang dilakukan secara berulang -ulang tanpa ada unsur paksaan. Kebiasaan membaca mencakup waktu untuk membaca, jenis bahan bacaan, cara mendapatkan bahan bacaan, dan banyaknya buku bahan bacaan yang dibaca,” ujar Akhmad Khoirul Anwar (Dosen DKV Universitas Sahid Surakarta, Owner Roycool Studio) saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, Selasa (24/8/2021).
Menurut Akhmad, perkembangan teknologi memang sangat fundamental. Hal ini berdampak pada perubahan karakter manusia yang menginginkan segala sesuatu terbentuk secara spontan.
UNESCO melansir angka melek huruf sekarang sudah tinggi sekitar 95 persen. Tingkat melek huruf kaum muda bahkan lebih mengesankan pada angka 99,67 persen.
Lebih jauh dia menjelaskan, literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung dan disiplin ilmu lainnya. Setiap individu perlu memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini.
Literasi digital membuat seseorang mampu berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Selain itu, juga mampu memecahkan masalah dan berkomunikasi lebih lancar.
Narasumber lainnya Saeroni selaku Peneliti LPPM Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, dalam kesempatan itu menjelaskan tentang kebebasan berekspresi di ruang digital. Pembuatan konten untuk didistribusikan di ruang digital merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri di media sosial.
Dipandu moderator Mohwid, webinar yang mengangkat tema “Membangun Budaya Literasi yang Positif di Ruang Digital” kali ini juga dihadiri narasumber Wahyuni Herawati (Guru MA Nur Iman), Danie Budi Tjahyono (Anggota Komisi D DPRD Jateng) dan Abraham Kevin (Finalis Indonesian Idol 2018) sebagai key opinion leader.