Transformasi pendidikan di era digital, membuat proses transfer keilmuan tidak lagi hanya dengan cara tutur guru di depan kelas. Era digital membuat proses pencarian pengetahuan bagi siswa di kelas bisa didapat dengan berbagai cara. Teknologi digital memungkinkan siswa belajar lebih lengkap, cepat dengan sumber informasi yang tak terbatas, dan bisa didapat dari berbagai sumber secara borderless.
Untuk mewujudkan kompetensi itu, kini baik guru maupun siswa di era pembelajaran online yang dipercepat pelaksanaanya, mau tak mau, mesti menguasai beragam media berbasis teknologi digital. Tak bisa ditunda.
”Karena itu, kecakapan digital sangat penting bagi siswa, juga gurunya, untuk bersinergi saling meningkatkan kecakapan demi kemajuan bersama, menghasilkan kualitas belajar dengan hasil lebih optimal,” kata Edy Sungkowo, Kepala Penmas Kabupaten Banyumas, saat tampil dalam webinar bertopik ”Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital bagi Siswa”,yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Banyumas, 28 September 2021.
Memang, karena proses belajar online kini masih berlangsung di rumah, peran keterlibatan orangtua juga sangat penting. Antara lain dalam pengawasan akun dan konten yang diakses anak. ”Banyak tampilnya konten dan info bernuansa negatif seperti Lambe Turah, meski bisa dianggap sebagai hiburan, tapi anak mesti diberi pengertian untuk terus menjaga nalar dan jatidiri keindonesiaan. Untuk tetap menjaga etika dan toleransi selama belajar dan berinteraksi di dunia digital, bersikap santun dan menjaga martabat, juga budaya tepa selira,” tambah Edy Sungkowo.
Edy Sungkowo tak sendiri mengupas topik menarik yang diikuti ratusan peserta yang umumnya dari berbagai madrasah seantero Banyumas. Dipandu moderator Zacky Achmad, dan dihadiri tiga pembicara lain: Edy Budiyarso (trainer jurnalis TV IJTI), Farah Aini Astuti (Founder Yayasan Suadara Warna Indonesia), Ki Bambang Barata Aji (Ketua Yayasan Paguyuban Dalang Nawan Banyumas) serta Riska Yuviska, Miss Hallal Tourisme 2018 yang tampil sebagai key opinion leader.
Yang mesti dipahami juga oleh siswa di era digital, menurut Farah Aini, tranformasi digital itu ibarat pisau. Dia bisa membantu memudahkan dan mempercepat pekerjaan manusia, karena pisau bisa memotong kue dan daging serta beragam fungsi positif lainnya. Tapi kalau salah fungsi, bisa membunuh kita.
Begitu juga sarana digital, bisa untuk mencari informasi dan ilmu tanpa batas. Siswa bisa menggunakan google search engine, bisa googling, cari info dan konten mata pelajaran yang lebih lengkap, bisa menyimpaan data seperti rak buku tanpa batas di Google Drive, Drop Box juga Last Past.
Aplikasi digital yang sangat membantu, semua bisa disimpan di smartphone, termasuk mengelola tugas, mengatur yang sudah digarap disimpan dalam aplikasi Trello. ”Semua sudah sangat lengkap. Jadi, asal jangan malas belajar, sukses belajar di zaman sekarang semakin mudah diraih,” kata Farah Aini.
Memang, dunia digital juga memunculkan ancaman baru. Anak sekolah dari berbagai tingkatan kelas sosial tak lepas dari ancaman kejahatan siber. Pada 6 September 2021, detik.com mewartakan kalau lembaga negara dan perusahaan corporate Indonesia mengalami peningkatan 476 persen ancaman siber dari berbagai belahan dunia.
Terkait itu, Ki Bambang Barata Aji menimpali, menjaga data pribadi dan sarana digital jangan diabaikan. Bukan hanya dengan membuat password yang unik dan cerdas, tapi juga jangan sembarang membagi data pribadi. Yang jelas, menghadapi era digital ke depan, kita boleh menerapkan pesan Panembahan Sambernyawa atau Mangkunegara II: Ojo Kagetan, Ojo Gumunan lan Ojo Dumeh.
”Jangan gampang kaget, jangan mudah heran, dan jangan merasa hebat. Asalkan pesan itu disikapi secara bijak dan positif, serta dijadikan tuntutan dalam melangkah, kita bisa mengambil hikmah dan manfaat positif kemajuan teknologi ini,” pesan Ki Barata Aji, sapaan karibnya.
Dan yang pasti, timpal Edy Budyarso, kemajuan era digital bisa dijadikan senjata memperluas dan memaksimalkan pelaku usaha di Banyumas. Kini, dengan kemudahan beragam aplikasi digital, mendoan bisa dikirim dan dipesan cepat dengan Gojek dan bisa dikirim ke seantero Purwokerto. Edy mengaku bisa ngopi sambil ngemil getuk goreng Sukaraja, yang kini juga bisa dipesan dari beragam toko online dan esok hari sudah bisa disantap di Jakarta.
”Jadi, kini mesti disadari dan dieksekusi bersama, teknologi digital bukan hanya mempermudah berburu knowledge di kelas online buat siswa, tapi juga memudahkan beragam usaha UMKM di Banyumas untuk berburu cuan halal dengan memasarkan secara go digital beragam produk, baik agrobisnis maupun kuliner yang lezat dari Banyumas ke seluruh dunia. Ini bukan hal mustahil lagi,” pungkas Edy Budyarso.