Ada yang berubah saat kita bersama keluarga weekend atau jalan sore bersama. Ketika menentukan pilihan resto atau café buat makan atau rehat bareng keluarga. Bukan hanya menu yang enak yang dicari, tapi apakah resto itu memberikan layanan wifi atau colokan charger personal di meja santap atau tidak?
Inilah realitas Internet of Thing dewasa ini, di mana ketergantungan dan kebutuhan untuk terus berkomunikasi dengan perangkat digital menjadi amat penting dan tak bisa pisah dalam keseharian. Bukan hanya saat santai di café di akhir pekan, bahkan dalam keseharian dari bangun tidur, bikin minuman penghangat atau menyapa istri dan keluarga, yang disapa pertama selalu smartphone dan bisa lupa banyak aktivitas penting lainnya.
”Kalau untuk meningkatkan kualitas cakap digital boleh dan bagus saja, tapi kalau negati, kita mesti koreksi perilaku itu,” ungkap Nuzran Joher, anggota Komisi Ketatanegaraan MPR RI saat berbicara dalam webinar literasi digital: Indonesia Makin Cakap Digital, untuk warga Kabupaten Cilacap, Jateng, 28 September 2021.
Nuzran lalu mencontohkan beberapa nama sukses yang memanfaatkan kecakapan digitalnya untuk mengambil peluang dan menjadi hidupnya berubah seratus delapan puluh derajat dengan keterampilan digitalnya. Tak terpikir sebelumnya bagi Alief Gymtaklif, sopir truk pasir asal Ponorogo yang mengisi waktu luang sambil ngisi muatannya dengan memainkan gitar dengan keterampilannya, memposting permainan gitarnya dengan ponselnya ke Youtube.
”Di luar dugaan, lewat chanel Alip Ba Ta, nama Alief jadi mendunia dan dikenal banyak musisi kondang. Dan yang pasti, mengucurkan dolar yang menebalkan rekening Alief, mantan sopir yang jadi musisi dunia, dan kini berpenghasilan dari Youtube Rp 8,8 miliar. Itu sama sekali tak terpikir sebelumnya dalam hidup Alief,” cerita Nuzran.
Begitu juga dialami Achmad Zacky, wong Jowo alumni ITB Bandung yang kemudian membuat aplikasi yang membantu para pelaku UMKM se-Indonesia untuk bisa berjualan di sarana e-commerce dengan platform Bukalapak. Kini Zaky sudah menjadi CEO Bulakapak yang jadi salah satu e-commerce lima besar di Indonesia dengan memiliki kekayaan pribadi senilai Rp 4 triliun.
Juga Nadiem Makarim, anak muda cerdas yang membantu para pengojek motor untuk lebih mudah bekerja dan dapat pesanan ojek dengan aplikasi Gojek-nya. Kini, Gojek malah jadi unicorn usaha besar dan bukan hanya membuat Presiden Jokowi jadi kepincut menjadikanya Mendikbud, tapi Gojek membuat Nadiem meraih pundi rupiah senilai Rp 110 triliun.
”Semua karena mereka memanfaatkan secara positif menggunakan dan melihat peluang yang bisa diinovasi dari dunia digital. Membuat hal baru yang bisa dinikmati orang banyak dan bersama maju dengan perangkat digital. Langkah ketiga sosok kreatif itu perlu kita tiru, jadikan mereka inspirasi meraih ide mengeksekusi ide bisnis dan peluang lain dengan sarana digital yang positif dan kreatif,” urai Nuzran.
Nuzran tak tampil sendiri dalam diskusi virtual bertajuk ”Adaptasi Empat Pilar Literasi Digital untuk Siswa”, yang digelar Kementerian Kominfo bersama Debindo, dan diikuti ratusan warga Cilacap secara daring itu.. Dipandu moderator Fikri Hadil, tampil pula tiga pembicara lain: Erlan Primansyah (Technology Entrepreneur & Inovation Warior), Choirul Fadjri (Wakil Dekan FSBK Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta) dan Fitriana Aenun (Kepala MTsN 3 Purworejo), ditambah Gina Sinaga, Public Speaker dan Founder @Wellness_worthy yang tampil sebagai key opinion leader.
Dalam perspektif Bu Guru Fitriana, siswa-siswa zaman sekarang di mana pun mestinya bukan hanya meneladani kiat kecakapan digital Pak Menteri Nadiem, Achmad Zaky maupun Alibata. Ambil sikap positif mereka dalam memanfaatkan kecanggihan digital. Bisa dimulai dengan memanfaatkan kelas kelas online untuk mempelajari beragam pelajaran, mulai dari yang ada dan bisa diakukan sekarang.
Cari informasi dan konten positif, baik untuk kepentingan studi agar maksimal ujiannya nanti, tapi memperkaya wawasan diri yang kelak bisa dieksekusi di luar jam sekolah. Bisa beragam kecakapan digital modern, ilmu agama yang makin mendalami, sehingga menjadi siswa yang makin cerdas, santun, dan bisa mandiri dalam belajar dan melihat peluang kerja di masa depan, yang tentu makin bersinergi dengan digital.
”Cakap digital sudah tak bisa dielakkan buat siswa Indonesia. Kerja keras kita di masa kini sebagai bentuk penghargaan pada pahlawan yang menyajikan bangsa merdeka dengan tumpah darah. Kita membalasnya dengan kerja kreatif dan teknologi digital jadi tool-nya,” pesan Fitriana, mewanti-wanti.
Tapi, jangan lupa tetap hargai dan hormati etika dan tata krama dalam bergaul di dunia maya. Gita Sinaga mengatakan, jangan posting dan buat konten yang membuat orang unsecure dan tidak dihargai privasinya. ”Dunia maya hanya bagian lain dari dunia nyata. Etikanya sama. Jangan demi konten yang dikejar subscribe lantas kita hilangkan harga diri orang,” pungkas Gita.