Pembelajaran jarak jauh di masa pandemi Covid-19 ini memberi satu pengalaman berharga namun kadang menjemukan bagi peserta didik. Hal itu menjadi amatan Ketua MGMP IPS Kabupaten Sukoharjo Siswanto.
“Saat sekolah online, 2 menit pertama siswa masih duduk tegak, lalu 5 menit kemudian mulai tak betah, kemudian 10 menit kaki mulai naik kursi, 12 menit badan mulai sandaran, 15 menit mulai tertidur dan 20 menit sudah pulas,” ujar Siswanto saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Tantangan Pembelajaran Jarak Jauh Saat Pandemi Covid-19” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Rabu (22/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Siswanto mengatakan pula perbedaan sekolah tatap muka dan online bisa dilihat pula dari sebagian ekspresi orang tua dan anak. “Hari pertama sekolah saat masa normal biasanya ceria, senang tapi hari pertama sekolah online bisa jadi stres karena hanya menatap layar,” ujarnya.
Dan yang jadi perhatian semakin ada saja alasan untuk tidak mengikuti pembelajaran jarak jauh. Mulai dari perangkat bermasalah, sinyal, sampai alasan sedang diajak bepergian orang tua.
Siswanto membeberkan, era digital ini generasinya memiliki karakter umumnya sebagai generasi Z kebanyakan yang familiar dengan dunia digital. “Generasi saat ini cenderung multitasking, terdorong melakukan banyak hal dalam waktu yang bersamaan sekaligus punya karakter ingin mendapat pengakuan dan memiliki ambisi yang besar juga mencapai hal yang kekinian,” terangnya.
Orang tua diimbau tak panik menyikapi hal itu dengan tetap menyadari kodrat keadaan sebagai salah satu kerangka perubahan peradaban. “Generasi Z ini menyukai berbagai hal yang tampilannya menarik termasuk proses pembelajaran, apa yang sedang tren, belajar dari tutorial, berekspresi, game yang kompetitif dan sibuk dengan hal yang mereka sukai saja. Ini komponen yang diperhatikan dalam pembelajaran itu yakni ada casing, konten dan tampilan menarik ” ujar Siswanto.
Adapun narasumber lain webinar ini, Dosen Universitas Cokroaminoto Muhammad Arwani mengungkapkan dalam interaksi digital yang intens di masa pandemi ini, perlu sikap cakap dan etis bermedia. “Luruskan motivasi bermedsos, pahami alur audiens ada aturan dasar yang perlu dipatuhi oleh warga yang aktif di media sosial,” ujar Arwani.
Arwani menegaskan, medsos hendaknya bisa menjadi sarana membangun jati diri dengan konten menarik, juga menciptakan engagement atau interaksi. “Perhatikan pula dampak sikap positif atau negatif, jadilah influencer yang baik dan berpengaruh. Kampanyekan sikap saring sebelum sharing dan balas berbagai respon dengan komentar positif” urai Arwani.
Arwani mengingatkan kepada seluruh komunitas pengguna digital dimanapun berada agar tetap berhati-hati dalam menuliskan atau menyampaikan pendapat ataupun pikirannya di media sosial. Hal ini agar terhindar dari jeratan hukum.
“Etik sebagai kontrol dalam menggunakan media digital, norma dalam menggunakan media digital pun ada norma hukum, norma moral berdasar Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, norma agama dan norma kesopanan,” terang Arwani.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Desyanti Suka Asih (dosen UHN IGB), Hartanto (Dosen HI Universitas Respati Yogyakarta) serta dimoderatori Dimas Satria juga Julia RGDS selaku key opinion leader. (*)