Program nasional literasi digital diselenggarakan pemerintah Indonesia untuk mendukung percepatan transformasi menuju masyarakat cakap digital. Program ini terwujud melalui webinar literasi digital yang dilaksanakan secara serentak di kota/kabupaten dengan acuan pada empat pilar: digital culture, digital skill, digital safety, dan digital ethics.
Salah satu kegiatan webinar itu digelar untuk masyarakat Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, 16 Juni lalu, dipandu oleh Kneysa Sastrawijaya dengan tema diskusi “Usaha Online dalam Era Digital”. Sejumlah pemateri yang andal di bidangnya juga dihadirkan, yakni: Taty Apriliyana (Kaizen Room), Bambang Kusbandrijo (dosen Untag Surabaya), Mariyanto (konsultan pengembangan IT), Edy Budiarso (managing director Indoplast Communication), serta key opinion leader Ones (seniman).
Pada kesempatan tersebut, Taty Apriliyana mengatakan, kecakapan menggunakan teknologi digital sangat perlu untuk mengembangkan usaha secara daring. Namun, selain manfaat efektivitas dan efisiensi dalam berbisnis secara online, rupanya tetap ada celah keamanan yang perlu diwaspadai. Selain menjaga keamanan bertransaksi, ada juga ancaman nyata yang bisa dialami dalam aktivitas belanja online.
“Ruang tak aman dalam ruang digital yang sering kita ketahui adalah spam, scam, hacking, dan pishing yang merupakan kejahatan siber dengan memanfaatkan celah digital untuk mendapatkan info pribadi untuk selanjutnya memperoleh keuntungan,” jelas Dian.
Pelaku kejahatan ini biasanya menargetkan korban untuk mendapatkan informasi pribadi berupa username akun medsos atau pelayanan perbankan dan data pribadi lainnya untuk mencapai tindak kejahatannya. Informasi pribadi korban digunakan untuk transaksi pinjaman online dan kejahatan lainnya.
“Untuk menghindari dari kemungkinan ancaman tersebut, pengguna teknologi digital sebaiknya melakukan cek akun secara rutin, tidak mengklik tautan pada SMS atau email yang tak dikenal, mengganti password akun secara berkala untuk beragam platform perangkat digital, serta menginstal software keamanan internet,” jelasnya.
Sementara itu dalam ranah etika berbisnis, Bambang Kusbandrijo, mengatakan, etika sangat diperlukan sebab ia menjadi pondasi bagaimana bisnis itu bisa berkelanjutan.
Ia mengutip dari Bertens bahwa beretika dalam bisnis itu dari sudut pandang ekonomi dapat memberikan keuntungan satu sama lain, tidak ada kecurangan. Sebab etika pada dasarnya adalah memiliki prinsip pada koridor benar. Dalam berbisnis juga tidak melanggar aturan dalam sudut pandang hukum, serta berbisnis yang baik sesuai dengan ukuran-ukuran moralitas.
“Ancaman dan tantangan dalam etika bisnis adalah munculnya kebohongan, ketidakjujuran. Baik itu dari segi informasi, kualitas produk, dan harga. Ketiga hal tersebut vital dalam dunia bisnis. Jadi harus hati-hati karena dunia digital adalah dunia rimba yang tidak bisa diketahui secara pasti jika tidak jeli. Jadi, teliti sebelum membeli,” pungkasnya.