Minggu, November 17, 2024

Adaptasi pembelajaran online di masa pandemi Covid-19

Must read

Pengawas Kantor Madrasah Kementerian Agama Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Suyanto mengatakan dunia pendidikan Tanah Air satu setengah tahun ini terus diuji oleh gelombang kehadiran pandemi Covid-19.

“Pandemi ini menjadi sebuah kondisi yang sebelumnya tidak pernah terprediksi dan membawa konsekuensi-konsekuensi sosial hingga lembaga pendidikan kita menghadapi tantangan mendesak untuk melindungi keberlanjutan iklim belajar,” kata Suyanto saat hadir sebagai narasumber dalam webinar literasi digital bertajuk “Kiat Cegah Kecanduan Digital pada Remaja” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo untuk warga Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Selasa (27/7/2021). 

Suyanto pun menggambarkan melalui sebuah tabel berbentuk heksagon (segi enam) bagaimana ruang belajar zaman now berubah akibat tsunami Covid-19 itu. Dalam tabel itu terdapat empat tipe pembelajaran yakni tatap muka, tatap maya, kolaborasi, dan personal mandiri.

“Tatap muka ini yang akhirnya tak bisa dilakukan saat pandemi. Padahal di dalamnya terdapat sejumlah aspek penting seperti diskusi, ceramah, demonstrasi, praktikum,” ujarnya. 

Hanya tiga hal yang kemudian bisa dimaksimalkan, yakni: pertama pembelajaran tatap maya yang ditandai aktivitas konferensi berbasis audio, video atau web. Kemudian kedua, personal mandiri yang ditandai aktivitas video, slide presentasi, simulasi juga e-book, dan ketiga, kolaborasi yang ditandai dengan aktivitas chat forum, forum diskusi, dan proyek kolaborasi.

Suyanto menambahkan, dari tiga pembelajaran tersisa itu bisa dikombinasikan menjadi sebuah model pembelajaran yang lebih lengkap, yakn:i blended learning.

“Sekolah dapat mengatasi proses belajar mengajar dengan menerapkan blended learning, yakni kombinasi antara daring dan luring, serta fokus kepada keunggulan sekolah masa kini,” kata Suyanto.

Lebih jauh, Suyanto menjelaskan, untuk menjamin kualitas pembelajaran tanpa tatap muka itu perlu diperhatikan apa yang disebut ‘quality assurance’ atau jaminan mutu atas pembelajaran itu.

“Jadi, tetap pastikan ada interaksi apa pun teknologinya. Baik interaksi siswa dengan objek belajar, siswa dengan siswa, siswa dengan guru, siswa dengan sumber belajar lain dan terjadi secara intensif,” urainya.

Suyanto mengungkapkan adanya quality assurance atau niat menjaga mutu membuat suatu program pembelajaran berlanjut karena disusun secara objektif dan sistematik disertai aktivitas monitoring dan penilaian mutu.

“Dalam lingkungan pendidikan, khususnya sekolahan, tuntutan terhadap quality assurance merupakan gejala wajar karena penyelenggaraan pendidikan yang bermutu merupakan bagian dari akuntabilitas publik. Quality assurance berperan sebagai salah satu cara atau upaya dalam meningkatkan mutu pendidikan secara kontinyu. Tujuannya melindungi masyarakat sebagai pengguna jasa pendidikan, agar masyarakat tersebut mendapatkan hasil sesuai harapan,” kata dia.

Narasumber lain yang hadir dalam webinar itu, Amhal Kaefahmi selaku pengawas madrasah Kementerian Agama Kota Semarang mengatakan, akses belajar digital tak hanya memiliki tantangan dari sisi internal proses pembelajarannya. Tapi juga eksternal.

“Khususnya yang menjadi tantangan bagi para guru di pelosok masih pada akses internet yang minim, kadang nyambung, kadang putus, membuat pembelajaran digital di pelosok sulit,” kata Amhal.

Amhal mencontohkan peristiwa viral medio Agustus 2020 silam yang beredar di Facebook. Di mana sejumlah siswa di Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, terpaksa memanjat pohon untuk mencari sinyal agar bisa mengikuti pelajaran secara daring. Bahkan untuk sampai ke lokasi itu, para siswa tersebut harus menempuh jarak lebih kurang dua kilometer dulu dari rumah mereka.

“Tantangan tantangan semacam ini juga akhirnya berdampak pada proses pembelajaran yang hendak dicapai. Guru pun menjadi turut memikirkan itu karena siswanya tidak bisa mengakses materi manakala sinyal sulit diperoleh,” cetus Amhal.

Webinar itu juga menghadirkan narasumber pendiri dan tim redaksi neswa.id Rika Iffati Farihah serta brandpreneur (Brand Strategy for Entrepreneur) Edy SR.

Sebagaimana di kota/kabupaten lain, di Kabupaten Rembang Kementerian Kominfo juga akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital selama periode Mei hingga Desember 2021.

Serial webinar ini untuk mendukung percepatan transformasi digital, agar masyarakat makin cakap digital dalam memanfaatkan internet demi menunjang kemajuan bangsa.

Warga masyarakat diundang untuk bergabung sebagai peserta dan akan terus memperoleh materi pelatihan literasi digital dengan cara mendaftar melalui akun sosial @siberkreasi. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article