Perkembangan teknologi memicu keingintahuan masyarakat akan berbagai informasi. Salah satunya sebagai sumber untuk mendapatkan informasi. Untuk itu, perlu adanya literasi digital, supaya cakap dalam menggunakan media digital dengan beretika dan bertanggung jawab untuk memperoleh informasi dan berkomunikasi.
Hal tersebut dikatakan oleh Peneliti UGM, Sabinus Bora Hangawuwali dalam webinar literasi digital dengan tema ”Menjadi Pendidik Cerdas dan Cakap Digital” yang digelar Kementerian Kominfo dan Debindo bagi warga Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, pada Selasa (21/9/2021).
Bora mengungkapkan, literasi digital mampu membuat pengguna bisa berpikir kritis, kreatif dan inovatif. Kemudian memecahkan masalah, dan berkomunikasi dengan lancar. “Literasi digital juga bisa membuat kita mampu berkolaborasi dengan lebih banyak orang,” kata dia.
Adapun dunia digital memberikan banyak manfaat yang ditawarkan, seperti menghemat waktu dalam mencari suatu referensi karena dapat dilakukan kapan saja dan di mana saja. Kemudian juga untuk memperluas jaringan. “Dapat menambah teman baru dari berbagai wilayah dan negara melalui media sosial,” ujar Bora.
Selain itu juga dapat menjadi media belajar. Sebagai contoh, ketika ingin mencari suatu kata, bisa memakai aplikasi Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Selebihnya bisa mendapatkan informasi terkini dengan cepat.
“Contohnya dengan mengetahui kondisi lalu lintas terkini dengan menggunakan aplikasi. Kemudian juga bisa memperkaya keterampilan, misal membuat suatu percobaan dengan tutorial yang ada di internet. Hampir semua aktivitas termasuk dalam dunia pendidikan beralih dari offline menjadi online,” tuturnya.
Bora menyebut hidup di era digital perlu adanya skill digital yang dimiliki, yakni terdiri dari hard skill yaitu kemampuan mengenal, mengakses dan mengoperasikan perangkat yang dimiliki, seperti komputer atau smartphone. Sedangkan untuk perangkat lunak, berarti skill platform seperti WhatsApp, Facebook, dan lainnya.
Sedangkan untuk soft skill, khususnya yang harus dimiliki oleh guru untuk mendidik para siswanya yakni harus mempunyai kemampuan dalam merancang perangkat pembelajaran, mengoperasikan komputer atau smartphone, mampu mengakses data secara online, mengolah data, dan mampu menggunakan media komunikasi. “Guru juga harus mampu menggunakan teknologi pembelajaran dan membagi publikasi,” ucapnya.
Narasumber lainnya, Ketua Asosiasi Pengasuh Pesantren Digital Santrinet, Kholilul Rohman menekankan pengguna digital harus mampu memahami etika terutama dalam memakai media sosial agar tidak tersandung masalah hukum karena hanya ikut-ikutan menyebarkan informasi.
Rohman mengatakan modal sosial membangun etika bersosial media yakni nilai-nilai Pancasila yang bersifat universal dan selalu relevan tidak lekang dimakan zaman. Misalnya nilai humanis atau kemanusiaan dari Pancasila, akan menelurkan sifat-sifat terpuji, seperti menjunjung tinggi kejujuran, kebajikan publik, welas asih, kesantunan, empati dan solidaritas sosial.
“Sopan dan beradab adalah wajib. Peradaban modern adalah jejak digital para pendidik dalam menentukan masa depan bangsa dan negara selalu hadir mendampingi masyarakat berdigital dan bermedia sosial,” ucapnya.
Dipandu moderator Harry Perdana, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Krisna Murti (Dosen Universitas Sriwijaya), Tobirin (Dosen Universitas Jenderal Soedirman), dan Presenter TV Putri Juniawan, selaku key opinion leader. (*)