Ada tiga kelompok yang mampu memberi pengaruh di ruang digital. Meraka adalah generasi muda, perempuan, dan pengguna internet. Generasi muda berpengaruh lantaran Berani berinovasi, tertarik mencoba hal baru, dan jadi trendsetter.
”Sedangkan perempuan, ia memberi pengaruh karena lebih detail, memperhatikan brand, lebih setia, lebih mudah merekomendasikan. Adapun pengguna internet, mereka mampu menjadi penghubung secara sosial, berkontribusi dalam konten di dunia digital,” ujar entrepreneur Diana Aletheia Belienda pada webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Kamis (22/7/2021).
Diskusi virtual bertajuk ”Memajukan Pariwisata Desa melalui Media Digital” yang dipandu moderator Fernand Tampubolon, menghadirkan narasumber lain: Murniandhany Ayusari (Content Writer Jaring Pasar Nusantara), Misbachul Munir (Entrepreneur dan Fasilitator UMKM Desa), Cahyono (pendidik Madrasah Aliyah Nur Iman Yogyakarta), dan Wakil II Mbak Jateng 2019 Safira Hasna selaku key opinion leader.
Diana menyatakan, per Januari lalu 345,3 juta (125,6 persen) populasi penduduk Indonesia kini telah tersambung ke perangkat mobile (HP), dengan 202,6 juta (73,7 persen) terkoneksi ke jaringan internet, dan 170 juta (61,8 persen) aktif menjadi pengguna media sosial.
Dengan smartphone ada di tangan, lanjut Diana, kini mereka bisa melakukan apapun hanya dengan menyentuh layar. Mulai dari melakukan percakapan, menonton video dan film, mendengarkan musik, bekerja, membaca berita dan kini telah banyak juga dimanfaatkan untuk promosi pariwisata.
Wisata era digital telah berubah total dibanding wisata era lalu. Banyak produk wisata digital dan semua kebutuhan wisata lainnya telah tersedia dan dapat diakses setiap saat. Sehingga siapapun yang ingin berwisata tak lagi bersusah payah membuat planning, booking, hingga transaksi pembayarannya.
”Perubahan perilaku wisatawan terlihat ketika search and share, 70 persen sudah melalui perangkat digital. Mereka mencari destinasi dengan search, kemudian share foto selfie di tempat wisata,” ujar digital trainer yang sekaligus juga entrepreneur itu.
Diana mengajak para pelaku bisnis pariwisata Kabupaten Pemalang untuk memperkuat manajemen strategi pariwisata yang disesuaikan dengan perilaku wisatawan era digital. Hal itu mengingat, hampir seluruh aktivitas wisatawan telah memanfaatkan teknologi digital.
”Mulai dari reservasi tiket, hotel dan akomodasi, transaksi pembayaran, semuanya serba digital. Bahkan mereka yang menggunakan mobil pribadi menjadikan perangkat smartphone sebagai co-driver untuk memandu perjalanan,” jalas Diana.
Sebelum mengakhiri paparannya, Diana memberikan tips sukses mengelola wisata di era digital, yakani: Branding dan promosi ke dunia digital agar tempatmu dikenal.
Narasumber lain, Content Writer Jaring Pasar Nusantara Murniandhany Ayusari membahas persoalan etika berpromosi wisata di media sosial.
Hal itu ia lakukan mengingat saat ini sebagian besar pemilik dan pengelola tempat wisata telah banyak memanfaatkan berbagai jenis media sosial sebagai media promosinya.
”Rata-rata mereka menggunakan media sosial Facebook, Twitter, WhatsApp, dan Instagram untuk menampilkan profil tempat wisata dan berkomunikasi dengan khalayak umum,” tutur Murni panggilan akrabnya.
Media sosial, kata Murni, merupakan ruang bebas yang penghuninya beragam, sehingga harus tetap menjaga sopan santun dan saling menghargai. Begitu juga dalam melakukan aktivitas promosi wisata.
Penerapan etika promosi yang baik caranya dengan memahami audiens, be human, responsif, jangan menjatuhkan kompetitor, selektif, dan gunakan konten original.
”Untuk etika review: biasakan tahan emosi (jika produk atau pelayanan tidak sesuai), gunakan kalimat yang sopan, sampaikan kritik atau saran ke akun resmi tempat wisata, lengkapi dengan bukti foto atau video,” pungkas Murni. (*)