Jumat, November 8, 2024

Pembelajaran di era digital. Bagai bersepeda di jalan, mesti jago hindari lubang

Must read

Pandemi Covid-19 memaksa dunia pendidikan Indonesia bermigrasi dan beradaptasi. Migrasi dari kelas tatap muka di kelas ke kelas online dalam jaringan internet. Tak semudah yang diharapkan. Bukan hanya problem jaringan yang belum merata. Namun juga kecakapan SDM guru yang belum semua cakap digital dalam menyampaikan materi sesuai harapan sistem pembelajaran jarak jauh yang diharapkan Kemendikbud. 

Hasilnya? Tentu belum maksimal. Belum lagi faktor non-teknis. Di antaranya psikologi sosial, adanya muncul cyber bullying. ”Ada tetangga saya, anaknya di-bully fisik di kampung oleh sesama teman. Berlanjut saat masuk kelas online. Bullying online: mengejek fisik dan hal memalukan lainnya, membuat si anak malas dan takut mengikuti kelas online. Ini mengganggu proses belajar,” kata Sri Astuti, pengajar Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin.  

Astuti menambahkan, sistem pembelajaran di era digital sebenarnya mirip mengajari anak bersepeda di jalan. Harus bisa memilah dan memilih konten dan materi yang bijak dan tepat. ”Jadi, kalau anak belajar bersepeda ya mesti dilatih jago menghindari lobang di jalan,” ujar Sri Astuti saat tampil sebagai pembicara dalam webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital besutan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Debindo untuk warga Kabupaten Purworejo, 5 Oktober 2021.

Salah satu bentuk pembelajaran di era digital yang dikembangkan di era blended learning di mana sebagian mulai ada tatap muka tapi saat memberi tugas siswa masih banyak secara online. Maka, konsep yang diajarkan berpola otonomos learnes, siswa dikondisikan agar menguasai dan minat belajar bisa ditumbuhkan karena anak pengin dan senang belajar, jangan merasa dipaksa belajar.

”Bahkan, dalam konsep twenty first century skill, kecakapan era abad-21 anak juga diberi literasi keuangan,” ujar Dr. Nikmah Nurbaeti, Kepala Cabang 8 Dinas Pendidikan Jateng, pembicara lain. Lho, anak SD apa perlu literasi keuangan?

Perlu, sahut Nikmah, agar sejak kecil terbiasa dan berkarakter hemat. Kalau sejak SD diberi uang jajan Rp 5.000., jangan jajan sampai Rp 10.000. Begitu juga saat SMA, jangan diberi uang saku harian Rp 15.000, jajannya dua kalinya, biar nanti saat kerja bisa hemat mengelola gaji. Jangan baru dua minggu gaji sudah habis.

”Memang, yang terasa berkurang di era belajar online adalah pembelajaran karakter dan agama. Guru kurang bisa menampilkan sisi positif tata krama dan moral unggah-ungguh pada lingkungan sosialnya. Kadang saat tampil memberi materi online, materi yang disampaikan di kelas online terasa mati gaya gurunya, atau istilah anak sekarang ngajarnya ’garing’. Ini yang butuh ditingkatkan kecakapannya, agar di kelas blended makin efektif dan menyenangkan buat siswa,” urai Nikmah, serius.

Sri Astuti dan Nikmah Nurbaeti antusias mengupas webinar yang bertopik menarik ”Metode Pembelajaran yang Efektif di Era Digital”, yang diikuti ratusan peserta lintas usia dan profesi dari seputar Purworejo. Dipandu moderator Danys Citra, juga tampil dua pembicara lain: Sabinus Bora Hanggawulali, peneliti dari UGM, dan Kokok Hardianto Dirgantoro, founder dan CEO Opal Communication serta Riska Yuvista, Putri Halal Tourisme 2018 sebagai key opinion leader.

Dengan kemudahan komunikasi dan akses informasi di era digital, kini tinggal siswa ditingkatkan daya kritisnya. Bagaimana memilah dan memilih konten yang manfaat, dan bisa fokus pada materi mapel yang ditugaskan guru. Lalu, memperkaya dengan mencari literasi lain yang bisa diakses dalam beberapa aplikasi penunjang, agar materi yang didapat di kelas online makin kaya dan lebih komprehensif, bukan hanya mengandalkan ala tutur guru yang dionlinekan. ”Siswa mesti kreatif dan aktif mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran. Dan, ini kelebihan dari online learning, mandiri dan kreatif belajar,” tambah Sabinus Bora Hanggawuwali.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article