Direktur Eksekutif LP3ES yang juga dosen Ilmu Politik Universitas Bakrie Jakarta, Fajar Nursahid menyebut era digital sebagai era keberlimpahan informasi (abundance of information) yang disokong teknologi internet. Mesin pencari sumber pengetahuan digital bertebaran membuat semua informasi seolah mudah didapatkan.
“Tapi, pertanyaan pentingnya, apakah semua informasi itu valid? Apakah semua informasi itu relevan?” tanya Fajar saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Meningkatkan Kualitas Belajar Mengajar dengan pemanfaatan Teknologi Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Wonogiri Jawa Tengah, Jumat (8/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti 300-an peserta itu, Fajar mengatakan saat ini yang lebih utama memikirkan langkah menjadi subjek yang sadar di tengah belantara informasi itu.
“Karena tidak semua informasi di internet itu bernilai informasi, karena
information is something reduce entertainment. Informasi sama dengan mengurangi ketidakpastian,” kata dia.
Fajar mengatakan pentingnya filter konseptual sebagai penyaring kebutuhan informasi dalam menentukan perilaku. Dalam memegang gadget juga perlu adaptasi.
“Begitu halnya dalam budaya pembelajaran daring, perlu partisipasi aktif yang berorientasi pada tujuan pembelajaran. Peserta didik dituntut berkomunikasi dengan sopan dan santun, hargai yang lebih tua, gunakan sebutan yang baik, menggunakan bahasa dan kalimat yang baik, volume suara nada bicara, intonasi kecepatan berbicara, pakaian yang pantas dan sopan,” tegasnya.
Fajar mengatakan peserta didik juga sebaiknya menjaga perilaku dengan tidak meninggalkan pertemuan tanpa izin, melakukan pembelajaran daring sambil menelepon makan atau lainnya.
“Gestur pun perlu perhatian, menatap kamera dan lawan bicara saling menghargai pendapat orang lain, tidak menyela ucapan orang lain, gunakan amazing word ‘maaf dan terima kasih’,” tegasnya.
Menurut Fajar, adaptasi budaya dalam pembelajaran daring juga perlu
perhatikan waktunya, misalnya hindari waktu istirahat dan ibadah.
Pentingnya budaya bangsa dalam pembelajaran digital merujuk karena alasan bahwa era digital bukan jaminan mengubah perilaku manusia menjadi lebih modern dan baik. Faktor budaya penting diperhatikan, selalu timbang nilai dan falsafah luhur bangsa Pancasila sebagai norma kesopanan kesusilaan, toleransi, kejujuran dan lainnya.
“Tanpa ini semua pembelajaran berkualitas mustahil dicapai,” kata dia.
Narasumber lain webinar itu, Founder ISTAR Digital Marketing Center Isharsono mengatakan perlunya meningkatkan kualitas belajar mengajar dengan pemanfaatan teknologi digital karena penggunaan internet perlu dilalukan secara hati-hati.
“Agar internet hanya dipakai mengakses informasi yang dibutuhkan, tidak mengakses konten negatif sehingga aman dan sehat,” kata dia.
Menurutnya, cara melaksanakan sistem belajar di saat era sudah semakin maju dan pandemi covid masih berlangsung, yakni gangguan pengaruh dari gadget antara lain melihat konten yang tidak pantas.
“Salah pilih aksi bisa jadi kecanduan dan pengaruh negatif lainnya,” kata dia.
Webinar ini juga menghadirkan narasumber Ketua Pemuda Tani HKTI Jateng Heriwanto, aktivis sosial Dadang Nurhudiyanto, serta dimoderatori Dimas Satria juga Reny Risti selaku key opinion leader. (*)