Rabu, Desember 25, 2024

Sudah waktunya dewasa, cakap memilah dan memilih di era informasi

Must read

Derasnya arus informasi di era teknologi yang berkembang pesat saat ini semestinya kian bisa difilter melalui kecerdasan dalam berliterasi digital.

Tingginya pemahaman literasi digital menunjukkan kedewasaan pengguna dalam memilah informasi yang berguna dan diperlukan atau merugikan. Sebab, cakapnya literasi digital tidak hanya bermanfaat untuk pribadi pengguna melainkan juga lingkungan sosialnya.

“Dewasa dalam era informasi itu salah satunya dapat ditempuh dengan berlatih sejak dini memilah dan memilih informasi,” kata Research Analyst Oka Aditya saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema ”Paham Batasan di Dunia Tanpa Batas : Kebebasan Berekspresi di Ruang Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (11/8/2021).

Dewasa dalam era informasi, lanjut Oka, juga disikapi dengan tidak mudah percaya dengan informasi yang masuk dan terbiasa memeriksa informasi yang datang. Oka menyebut perkembangan teknologi mempengaruhi interaksi seseorang dengan lingkungan sekitarnya. 

Terlebih saat ini, satu faktor pendukung meningkatnya penggunaan media digital tak lain karena adanya pemberlakuan pembatasan mobilitas mencegah penyebaran virus Covid-19. Sehingga perlu manajemen waktu bermedia digital karena erat kaitannya dengan interaksi dengan orang di sekeliling kita.

“Kedewasaan dalam era informasi itu juga ditunjukkan dengan kepandaian mengatur waktu kapan berinteraksi online kapan berinteraksi offline,” ujar Oka.

Oka menambahkan, yang tak kalah penting, bagaimana pengguna dalam aktivitas online itu memiliki sikap saling menghargai sesama pengguna dunia maya lainnya. Misalnya dengan tidak mudah berkomentar menyakitkan, tidak mudah bicara yang melukai perasaan, tidak meremehkan, tidak merendahkan dan membuat orang lain marah serta menjaga tata krama atau sopan santun.

“Seorang pengguna dianggap telah dewasa bermedia digital ketika ia bisa menjaga perilaku, tata krama, sopan santun walau berinteraksi online di dunia maya,” tegas Oka.

Terakhir, Oka mengatakan, kedewasaan itu terwujud ketika pengguna memahami penuh dan secara sadar bahwa dunia online atau maya punya sifat tak berbatas dan bisa menembus berbagai belahan negara lain dengan mudah. Ini artinya, tiap bangsa harus dipahami memiliki budaya dan istiadat berbeda.

“Dewasa dalam era informasi itu memahami bahwa setiap orang punya kehidupan masing-masing dengan latar belakang dan tantangan yang berbeda-beda. Hargai perbedaan itu,” tandas Oka.

Oka mendorong media digital dimanfaatkan untuk hal-hal yang bermanfaat, salah satunya menjadi content creator bagi yang kreatif. “Caranya menjadi content creator kreatif dengan memilih passion yang disukai, update berita terkini, rajin mencatat ide, dan perluas networking,” kata Oka.

Narasumber lain dalam webinar itu, peneliti di The Digital Media Research Center Queensland University of Technology Akhmad Firmannamal mengatakan, pengguna digital harus dapat memahami batasan yang harus ditaatinya ketika berinteraksi di dunia digital. Khususnya dalam mengukir jejak digitalnya agar tak jadi masalah di kemudian hari.

“Ingatlah, jejak digital itu adalah reputasimu. Nama baikmu di dunia maya dan nyata dipertaruhkan,” tegas Firman.

Firmannamal mengingatkan, jejak digital yang telanjur tercoreng tak mudah membersihkannya. Jejak digital pun bisa menjadi alat bukti jika dilaporkan kepada aparatur penegak hukum. Webinar yang dipandu Rara Tanjung sebagai moderator itu juga menghadirkan narasumber lain yakni Brandpreneur (Brand Strategy for Entrepreneur) Edy SR, Ketua Asosiasi Pengasuh Pesantren Kholilul Rohman, serta Niya Kurniawan selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article