Selasa, Desember 24, 2024

Manusia sebagai subjek pengendali pemanfaatan teknologi

Must read

Tema diskusi “Kecanduan Digital No! Kreatif dan Produktif: Yes!” kembali dibawakan dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, Rabu (20/19/2021). Melalui kegiatan ini masyarakat diajak untuk meningkatkan kemampuan literasi digital: digital ethics, digital culture, digital skills, digital safety.

Diskusi dipandu oleh presenter Nabila Nadjib dan diisi oleh empat narasumber: Jeffry Yohanes Fransisco (founder JF Autowear, Ragil Triatmojo (blogger), Rhesa Radyan Pranatiko (digital marketer), Irfan Afifi (founder Langgar.co). Serta Nanda Candra (musisi) yang hadir sebagai key opinion leader.

Rhesa Radyan Pranatiko melalui pemaparannya menjelaskan bahwa kemajuan teknologi telah membentuk peradaban baru yaitu budaya digital. Kaitannya dengan literasi digital, budaya digital merupakan kemampuan individu dalam membaca, menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai Pancasila, dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan budaya digital lebih kepada mengubah pola pikir agar dapat beradaptasi dengan perkembangan digital. 

“Bermedia digital dengan pendekatan budaya Indonesia berarti mampu mengadaptasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap interaksi. Mampu menghormati dan menghargai perbedaan, memperlakukan orang lain dengan setara, mengutamakan kepentingan Indonesia, memberi kesempatan orang lain untuk berpendapat, dan  bergotong-royong membangun ruang digital yang aman dan etis,” jelas Rhesa. 

Sebaliknya rendahnya penerapan nilai Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika membuat individu tidak mampu memahami batasan kebebasan berekspresi. Serta tidak mampu membedakan keterbukaan informasi publik dengan pelanggaran privasi. 

Warga digital yang pancasilais adalah yang mengedepankan berpikir kritis, mampu mengidentifikasi, mengobservasi, dan mengevaluasi setiap informasi atau peristiwa yang terjadi. Juga mampu bergotong royong kolaborasi mengkampanyekan literasi digital. 

“Menerima peradaban baru dengan growth mindset yaitu pikiran terbuka untuk mau tumbuh, berkembang, belajar dalam menggunakan media digital sehingga bisa produktif. Dengan jumlah penduduk yang luar biasa banyak, jika mau produktif kita dapat memberikan dampak positif secara luas,” imbuhnya. 

Yang perlu diingat adalah untuk selalu berhati-hati sebelum mengunggah atau mengunduh. Mengikuti orang yang memberikan inspirasi positif, tidak menyebarkan hoaks, dan mengingat bahwa selalu ada orang lain di setiap akun media yang digunakan di ruang digital. 

Sementara itu Irfan Afifi menambahkan bahwa manusia harusnya mampu menempatkan diri sebagai subjek yang mampu mengendalikan teknologi untuk hal produktif, dan bukan dikendalikan oleh teknologi karena kecanduan. Secara fitrah, manusia berkecenderungan mengarah pada hal yang baik akan tetapi nafsu yang berorientasi pada kenikmatan sesaat itu nilai positif yang harus diaktualkan kalah. 

“Prinsip beretika itu berakar pada manusianya. Dalam konteks literasi digital, manusia hendaknya berprinsip pada nilai-nilai kebaikan. Menggunakan media digital sebagai sarana mengasah potensi dan menemukan diri, untuk mencari referensi, motivasi, dan ruang alternatif untuk mengekspresikan diri,” ujar Irfan Afifi. 

Dalam konteks etika digital, akhlak atau perilaku baik bisa tumbuh ketika dibiasakan melalui keteladanan yang dimulai dari diri sendiri. Perkembangan internet dan teknologi ada dikendali manusianya, mau diarahkan pada hal baik atau hal buruk. 

“Produktif dan kreatif menjadi salah satu contoh dari penerapan etika kebaikan. Menggunakan instagram untuk mencari konten inspirasi, Facebook untuk dokumentasi pengetahuan, atau Youtube untuk menambah referensi visual anak,” tutupnya. (*)

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article