Perkembangan teknologi digital menciptakan budaya, gaya hidup dan persaingan di segala bidang makin ketat. Untuk menembusnya butuh individu yang dihasilkan dari suatu sistem pendidikan yang bermutu. Bermutu, dalam arti memiliki kompetensi maksimal baik dalam hal kecakapan akademik, keterampilan kejuruan sesuai bidangnya dan juga keandalan hubungan sosial yang ditunjang dengan akhlak mulia.
”Produk pendidikan ideal seperti itu hanya bisa terwujud kalau dididik oleh guru yang kompetensinya cerdas dan kini dituntut makin cakap digital, menguasai metode pembelajaran yang menarik dan inovatif. Di era digital sekarang, di mana semua kelas konvensional migrasi ke kelas online dari genggaman siswa. Dengan tuntutan itu, maka kecakapan guru agar kreatif membuat konten materi ajar yang merangsang anak mau makin belajar mandiri dengan menambah banyak literasi di luar materi pelajaran yang diberikan guru sangat menentukan kualitas dan optimalisasi belajar anak,” pesan Rina Herawati, saat berbicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) bersama Debindo untuk warga Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, 14 Oktober 2021.
Webinar yang dibuka dengan keynote speech Presiden RI Joko Widodo dan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo, mengupas tema menarik ”Pendidikan Bermutu untuk Generasi Anak Digital”. Selain dosen Fisipol Universitas Diponegoro Semarang itu, webinar yang dipandu moderator Zacky Ahmad juga menampilkan tiga pembicara menarik lain. Yakni: M Aziz Nasution, pemred chanel9.id; Rindang Senja Andini, dosen Fisipol Universitas Sriwijaya Palembang yang juga penggiat Japelidi; Zia Ulhaq Unsri, pengajar Global Islamic School 3 Yogyakarta, serta presenter TV Sheilla Siregar selaku key opinion leader.
Di era digital ini kompetensi guru dalam kecakapan digitalnya makin dituntut untuk terus dimaksimalkan. ”Bukan hanya jago mengoperasikan dan menyampaikan download konten menarik ke kelas online, guru juga bisa menciptakan suasana pembelajaran yang responsif dan membuat siswa makin tertantang untuk bersaing menemukan inovasi pembelajaran yang makin menarik dan tidak membosankan. Jangan lupa, ini karena kelas online tidak ada interaksi fisik dengan teman dan guru langsung. Sebagaimana riset di banyak tempat, sudah makin besar angka siswa kelas online yang mengaku bosan, mencapai 24 persen. Ini bukti kalau pola pengajaran guru membuat jenuh dan butuh disegarkan. Solusinya, membuat konsep pembelajaran kolaboratif,” saran Rina.
Pengajar Global Islamic School 3 Yogyakarta Zia Ulhaq ikut memberikan usulan terkait tema diskusi. Untuk mengusir kejenuhan dalam pembelajaran online, anak bisa diajari wirausaha, bertani atau beternak mandiri dan modern, belajar program aplikasi yang berkembang, tapi kalau semua disuruh cari sendiri akan jenuh. ”Coba ajak pelaku usaha marketing digital, petani sukses atau peternak andal dengan aplikasi zoom meeting. Anak akan tahu bagaimana bisnis online modern dirintis, beternak ayam atau bebek yang modern langsung cerita dari pelakunya di kandang atau kebun. Itu akan merangsang siswa untuk banyak bertanya, dan menginspirasi anak untuk menirunya,” saran Zia Ulhaq.