Kamis, November 28, 2024

Waspadai bahaya perkembangan teknologi

Must read

Pesatnya perkembangan teknologi bisa mengarahkan penggunanya pada bentuk miskomunikasi, misinformasi, disinformasi dan atau hoaks. Kemudahan berkomunikasi menyebabkan munculnya sikap spontanitas yang keluar begitu saja tanpa pikir panjang.

“Teknologi telah mengacaukan kebenaran karena viral dianggap lebih penting dari kualitas dan etika,” kata Dosen Universitas Sriwijaya, Krisna Murti dalam webinar literasi digital dengan tema “Kenali Bahaya di Dunia Digital, Jangan Asal Klik di Internet” yang digelar Kementerian Kominfo bersama Debindo bagi warga Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, pada Senin (25/10/2021).

Lanjut Krisna, untuk itu perlu adanya etika dalam literasi digital. Etika yang dimaksud adalah pengguna harus paham bahwa semua di ruang digital itu manusia. “Jadi ikutlah aturan seperti dalam kehidupan nyata,” katanya.

Krisna mengatakan bermacam fasilitas di internet memungkinkan seseorang untuk bertindak etis atau tidak etis. Selain itu juga pengguna internet berasal dari bermacam negara yang memiliki perbedaan Bahasa, budaya dan adat istiadat. “Pengguna juga harus paham, internet memiliki jejak digital yang tidak mudah dihapus,” kata dia.

Krisna mengungkapkan digital ethic merupakan kemampuan individu dalam menyadari, mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam kehidupan sehari-hari.

Etika berinternet, ialah suatu pengetahuan mengenai informasi yang mengandung hoaks, ujaran kebencian, pornografi, perundungan dan konten negatif lainnya. Kemudian juga memiliki pengetahuan dasar berinteraksi, partisipasi, dan kolaborasi di ruang digital yang sesuai dengan kaidah etika digital dan peraturan yang berlaku.

Selanjutnya yakni pengetahuan dasar berinteraksi dan bertransaksi secara elektronik di ruang digital sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Krisna menambahkan dengan prospek perluasan infrastruktur dan penurunan harga dalam hal komunikasi, dapat dikatakan bahwa komunikasi online dan entitas di dalamnya berkembang pesat bukan sebagai dunia virtual. Tetapi sebagai virtualitas nyata yang terintegrasi dengan bentuk interaksi lain dalam kehidupan sehari-hari yang hybrid.

“Oleh karena itu dalam setiap pengambilan keputusan di dunia digital, kembalikan pada prinsip etika digtal yaitu dengan pertimbangan perilaku yang dipenuhi kesadaran, tanggung jawab, integritas dan nilai kebaikan,” ujarnya.

Narasumber lainnya, Peneliti dan Antropolog, M. Nur Arifin mengatakan perubahan budaya analog ke digtal menjadikan perubahan budaya sebagai keniscayaan. Menurutnya, perilaku dunia keseharian pun terduplikasi dalam platform digital.

Arifin mengatakan untuk menghadapi perkembangan teknologi digital ini, perlu adanya kemampuan digital culture bagi penggunannya.

“Digital culture merupakan kompetensi digital individu difungsikan agar mampu berperan sebagai warganegara dalam batas-batas formal yang berkaitan dengan hak, kewajiban dan tanggung jawabnya dalam ruang negara,” ucapnya. Dipandu moderator Dannys Citra, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Irfan Afifi (Penulis & Founder Langgar.co), Ali Rohmat (Dosen STAI Al Husain), dan Seniman, Dibyo Primus, selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article