Survei dari Microsoft yang keluar pada awal tahun 2021 menjadi alarm bagi warganet Indonesia untuk memperbaiki dan meng-upgrade literasi digital agar keluar dari label warganet yang tidak sopan se-Asia Pasifik. Tema “Menjadi Pengguna Internet yang Beradab” dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, Selasa (26/10/2021). Melalui kegiatan ini, masyarakat diajak untuk meningkatkan kecakapan literasi digital agar penggunaan TIK dapat tepat guna.
Diskusi dipandu oleh presenter Nadia Intan dengan menghadirkan empat narasumber: Dahlia (dosen STAI Al Husain), Ragil Triatmojo (SEO Specialist), Freesca Syafitri (dosen UPN Veteran Jakarta), M. Aziz Nasution (Pemred Channel9.id). Serta Billy Wardana (Top 3 Mamamia Indosiar) sebagai key opinion leader.
Dosen STAI Al Husain Dahlia menyampaikan pengguna internet di Indonesia cukup tinggi, yaitu sekitar 202 juta jiwa pada tahun 2021 atau meningkat sekitar15 persen dari tahun sebelumnya. Namun populasi pengguna yang begitu tinggi menurutnya perlu diimbangi dengan penguatan literasi digital sehingga mampu memahami penggunaan teknologi dan ruang digital dengan bijak.
Literasi digital menjadi penting karena selain dari survei Microsoft yang menunjukkan bahwa warganet Indonesia itu merupakan warga yang kurang sopan, dari Kominfo juga mencatat ada sekitar 18.000 kasus penyalahgunaan ruang digital. Dalam mengantisipasi agar tidak terjerat pada pusaran kejahatan siber, maka kemampuan digital safety mesti ditingkatkan lagi.
Langkah pertama menjaga keamanan digital adalah dengan memproteksi perangkat, baik dari sisi perangkat kerasnya dengan memasang kata sandi dan autentikasi sidik jari atau dari sisi piranti lunaknya dengan mengamankan data pribadi, back up data.
“Selanjutnya adalah melindungi identitas digital menggunakan kata sandi kuat dan berbeda pada setiap akun, menghindari membagikan data pribadi milik diri sendiri maupun orang lain. Memahami pengaturan privasi pada setiap platform, selalu update piranti lunak, mengaktifkan autentikasi dua faktor, serta tidak menggunakan wifi publik untuk aktivitas digital penting spt transaksi finansial,” jelas Dahlia kepada seratusan peserta diskusi.
Upaya-upaya tersebut untuk menghindari penyalahgunaan data untuk tindak kejahatan seperti penipuan. Oleh sebab itu warganet juga mesti paham model penipuan yang biasanya banyak berupa pesan spam, phising. Jika dihubungi nomor tak dikenal dengan informasi mencurigakan lebih baik diblokir dan dilaporkan. Serta mampu mengenali nama situs dan tautannya agar tidak asal klik ketika menerima tautan dari e-mail atau pesan percakapan.
“Tantangan bermedia dengan beradab adalah mampu menjaga perilaku digital, karena setiap aktivitas di ruang digital akan terekam. Dan itu bisa berbahaya ketika konten yang diunggah itu merupakan hal yang melanggar hukum, atau malah menyebarkan data pribadi yang bisa disalahgunakan,” ujar Dahlia.
Ragil Triatmojo menambahkan ada sejumlah alasan yang mungkin menjadi akar mengapa warganet Indonesia dicap sebagai yang tidak sopan. Pertama reaksi dalam menghadapi informasi itu diberikan sebelum membaca konten secara komplit. Kemudian tidak menerima keadaan, seperti ketika suporter klub bola tidak bisa menerima kekalahan klub yang didukung dan dilampiaskan ke ruang digital. serta warganet merasa selalu merasa benar.
“Untuk itu ketika menerima informasi kita harus memahami dan membaca utuh informasi, mencari informasi pembanding dengan sumber-sumber terpercaya. Jangan mudah terpancing tetapi cek, ricek, dan kroscek informasinya. Serta mempertimbangkan manfaat dan dampak ketika menyebar informasi,” jelas Ragil.
Seharusnya internet dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan soft skill seperti pengendalian diri dalam menerima informasi atau ketika menerima kritik agar tidak mudah reaktif, mengasah kreativitas dan inisiatif dalam bergaul, memiliki integritas, membangun motivasi.
“Media sosial juga harusnya dapat menjadi sarana meningkatkan hard skill seperti mengikuti konten tutorial dan mempraktikkannya dengan membuat konten yang positif. Memanfaatkan tools mesin pencari informasi untuk menambah pengetahuan, dan saling memberi feedback melalui obrolan di medsos,” tutupnya.