Dewasa ini perkembangan sosial media kian hari kian meningkat, seiring makin diminati banyak orang karena membantu dalam melakukan komunikasi serta memungkinkan berbagai kegiatan dilaksanakan dengan cepat, tepat dan akurat.
Meningkatnya produktivitas dalam perkembangan sosial media pun akhirnya banyak memunculkan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berbasis elektronik, tidak terkecuali pendidikan dan keagamaan.
“Namun dampak media sosial yang digunakan dalam pendidikan keagamaan itu ada yang positif maupun negatif,” ujar Adrie Wardana, creative head Foiniks Digital saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Dampak Pengetahuan Agama Melalui Medsos” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Rabu (27/10/2021).
Dalam webinar yang diikuti ratusan peserta itu, Adrie membeberkan
sejumlah dampak positif dan negatif media sosial terhadap pendidikan dan keagamaan peserta didik.
Dampak positifnya antara lain mempermudah kegiatan belajar, dapat digunakan untuk berdiskusi dengan teman sekolah melalui aplikasi WhatsApp dan mempermudah kegiatan belajar dengan situs-situs yang mudah diakses.
“Media sosial dalam pendidikan dan keagamaan, bisa pula untuk menambah teman, menghilangkan rasa jenuh peserta didik setelah lama belajar daring, dengan bermain game atau melihat video yang lucu yang ada di status teman,” kata Adrie.
Bahkan media sosial juga mempermudah peserta didik untuk mendapatkan ilmu keagamaan melalui video animasi Islami seperti animasi Nussa dan Rara yang banyak memperkenalkan tentang pengetahuan agama Islam di kalangan anak-anak.
Tetapi, kata Adrie, banyak pula dampak negatif media sosial. Antara lain mengurangi waktu belajar karena keasyikan dan fokus di media sosial daripada belajarnya.
“Bisa juga merusak moral pelajar karena sifat anak-anak atau remaja yang labil mereka dapat mengakses atau melihat gambar porno milik orang lain dengan mudah,” kata dia. Selain itu media sosial bisa mengganggu kesehatan peserta didik khususnya kesehatan mata yang terlalu lama menatap layar handphone atau PC.
“Yang berat ketika media sosial itu mengakibatkan kecanduan. Sebab apabila mereka bosan akan terbiasa untuk terus mengakses media sosial peserta didik,” kata dia.
Adrie menyarankan agar peserta didik dikontrol, jangan terus-terusan berada di depan layar ketimbang bermain dan bersosial langsung dengan orang lain yang mengakibatkan jiwa sosial peserta didik berkurang.
“Dampak negatif tersebut dapat dikurangi bila penggunaan media sosial tersebut sesuai dengan waktu belajarnya. Ini perlu dibantu oleh orang tua dalam mengakses untuk pemanfaatan media sosial,” kata dia.
Narasumber lain webinar itu, Guru SMP Negeri 1 Kebonagung Syaekudin mengatakan kejenuhan masyarakat dengan media konvensional yang ada seperti radio, koran, TV dan juga majalah mendorong makin besarnya jumlah pengguna digital disertai juga dengan munculnya media sosial.
“Namun waspadai konten negatifnya, karena media sosial tak hanya konten positif dan mendidik,” kata Syaekudin.
Syaekudin mengatakan motivasi pembuatan konten negatif itu biasanya dipicu alasan ekonomi untuk mencari uang, mencari kambing hitam politik seperti menjatuhkan lawan dan memecah belah persatuan. Webinar itu juga menghadirkan narasumber lain seperti guru PAI SDN Batusari 7 Siti Kusrini, anggota Komisi Ketatanegaraan MPR RI 2019-2024 Nuzran Joher, dan dimoderatori Fikri Hadil serta Tya Yuwono selaku key opinion leader.