Di era tsunami informasi dan tingginya tingkat akses ke ruang digital, menuntut pengguna teknologi digital untuk mampu berkontribusi dengan baik dan mempengaruhi orang lain, sehingga tercipta ruang digital yang nyaman. Hal itu dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, dengan tema “Menjadi Pelopor Masyarakat Digital”, Sabtu (30/10/2021).
Diskusi dipandu oleh tv presenter Bella Ashari dengan menghadirkan empat narasumber: Labibah Zain (Presiden Asosiasi Perpustakaan Perguruan Tinggi Islam), Aminah Swarnawati (Dosen Universitas Muhammadiyah Jakarta), Ali Formen Yudha (Dosen Universitas Negeri Semarang), Saeroni (Head of Studies Center for Family and Social Welfare UNU Yogyakarta). Serta Indira Wibowo (Duta Wisata Indonesia 2017) sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari perspektif empat pilar literasi digital, digital ethics, digital skills, digital safety, digital culture.
Mengawali diskusi, Saeroni mengatakan pentingnya literasi digital sebagai bekal menjadi masyarakat digital di era transformasi digital. Salah satunya kompetensi literasi digital dari sisi keamanan, haruslah dipahami untuk memastikan penggunaan layanan digital baik secara luring maupun daring dilakukan secara aman adan nyaman.
Secara luring ada perangkat digital yang harus diberikan pengamanan misalnya dengan memasang PIN agar tidak sembarang orang bisa mengakses ke dalam perangkat, lalu ada pengaturan gawai untuk mengaktifkan fitur find my device sebagai antisipasi ketika kehilangan perangkat agar tetap bisa terlacak dan dikendalikan. Kemudian ketika tersambung dengan internet dan masuk ke ruang digital, ada identitas dan data yang harus dikontrol dan dijaga keamanannya oleh pengguna.
“Keamanan digital itu penting karena di ruang digital semua orang bebas mengakses dan melakukan berbagai aktifitas. Termasuk memproduksi dan membagikan informasi. Namun tantangannya terkait keamanan digital adalah bagaimana pengguna mampu menyaring dan menyeleksi sebuah informasi yang ditayangkan atau yang ingin disimpan kerahasiaannya,” ujar Saeroni.
Ketika memasuki ruang digital, pengguna memiliki akun yang menjadi penanda identitasnya. Pengguna dapat memilih menggunakan identitas asli atau samaran, namun keduanya harus digunakan secara bertanggung jawab. Identitas utama, yakni email serta data pribadi harus disimpan, dikelola, dan dilindungi kerahasiaanya agar tidak dapat disalahgunakan orang lain.
“Baik identitas dan data pribadi ada yang sifatnya aman untuk diketahui publik seperti nama terang, foto profil, dan deskripsi pengguna. Namun ada juga identitas dan data pribadi yang sifatnya rahasia seperti PIN, password, alamat, data kesehatan, data finansial, serta data penting lainnya lebih baik disimpan dan dijaga kerahasiaannya,” lanjut Saeroni.
Gunakan sandi yang kuat, berbeda setiap akun, dan selalu diganti secara berkala untuk melindungi data pribadi. Pastikan memahami pengaturan privasi dan mengaturnya sesuai tingkat keamanan yang dibutuhkan. Berhati-hati mengunggah dan membagikan konten yang menyangkut data pribadi milik diri sendiri maupun milik orang lain. Selalu melakukan pembaruan perangkat dan menghindari menggunakan wifi publik untuk aktivitas penting.
“Aktivitas digital yang kita lakukan dapat menjadi jejak digital yang berpotensi disalahgunakan. Maka dari itu harus pintar menyeleksi informasi yan akan dibagikan untuk publik,” pesan Saeroni.
Sementara itu Ali Formen Yudha menambahkan sebagai masyarakat digital juga memerlukan kecakapan dasar yang meliputi pengetahuan mengenal lanskap digital internet dan ruang digital, bahwa setiap teknologi mempunyai cara operasinya masing-masing. Lalu berkaitan dengan pesan informasi, kecapakan yang diperlukan adalah mengetahui dan memahami penggunaan mesin telusur yang tidak hanya paham cara mencari informasi tetapi juga mampu memilah dan memilih informasi.
Kecakapan digital selanjutnya yang harus dimiliki masyarakat digital adalah tahu dan memahami penggunaan dan pemanfaatan aplikasi percakapan dan media sosial. Prinsipnya, pengguna harus mampu menggunakan dengan baik dan efektif. Kemudian kaitannya dengan ekonomi digital, warga digital harus tahu dan paham dengan penggunaan loka pasar, dompet digital, dan transaksi daring beserta risiko dan mitigasi keamanannya.
“Menjadi pelopor masyarakat digital dimulai dari diri sendiri dengan perspektif kontribusi. Melihat ke diri sendiri apa yang bisa diberikan untuk menjadikan dunia digital menjadi lebih baik, dan kepada siapa kita berkontribusi. Dengan demikian kita bisa mempertimbangkan konten apa yang akan dibagikan. Memanfaatkan berbagai aplikasi dan fasilitas digital untuk menjadi positif dan produktif,” tutupnya.