Internet semakin menjadi bagian utama dari keseharian setiap orang, khususnya di masa pandemi Covid-19 ini. Anak-anak yang sebelumnya hampir tidak mengenal gawai sebelum usia cukup, mau tak mau kini menggunakannya untuk keperluan sekolah daring dan hiburannya. Padahal, di ruang digital itu cukup banyak potensi bahaya yang mesti diantisipasi para orangtua.
“Untuk keamanan digital bagi anak, orangtua bisa menerapkan strategi 5P,” kata Head of Studies Center for Family and Social Welfare Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Yogyakarta Saeroni, saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Keamanan Berinternet: Tips dan Pentingnya Internet Sehat” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Kamis (11/11/2021).
Dalam webinar yang diikuti lebih dari 300-an peserta itu, Saeroni menjabarkan 5P itu adalah profile, permission, privacy, protect, dan positive. Profile dalam arti jangan bagi informasi personal dan hanya gunakan nama pendek ketika online. Lalu permission, artinya pastikan bahwa anak memiliki izin untuk melihat dan saat membagi informasi pastikan dengan orang dewasa. Kemudian privasi, artinya pastikan privasi informasi personal terjaga dan menghormati informasi personal orang lain juga baik password dan jangan bagi dengan siapa pun.
Adapun protect, artinya simpan bukti perilaku negatif yang diterima. Jangan mem-bully balik dan laporkan pada orang dewasa. Yang terakhir, positive, artinya pastikan hanya membagi informasi positif, jangan membagi negatif atau membully.
Saeroni mengatakan, mendampingi anak di era digital perlu memahami benar makna keamanan digital atau digital safety. Secara umum keamanan digital dapat dimaknai sebagai sebuah proses untuk memastikan pengguna layanan digital baik secara daring maupun luring dapat dilakukan secara aman dan nyaman.
Kompetensi keamanan digital itu antara lain pengamanan perangkat digital, pengamanan identitas digital dan data pribadi di platform digital, mengenali dan mewaspadai penipuan digital, memahami rekam jejak digital di media baik mengunduh atau mengunggah, dan memahami keamanan digital bagi anak.
“Salah satu ancaman terbesar bagi kaum muda di situs media sosial adalah jejak digital dan reputasi masa depan mereka,” kata Saeroni. Jejak digital itu membantu membentuk gambaran tentang siapa kita di dunia digital yang bisa jadi lebih detail dari yang kita bayangkan.
Narasumber lain dalam webinar itu, Eka Y. Saputra selaku konsultan IT mengatakan, setiap aktivitas digital seperti kunjungan kita ke web, kicauan di Twitter, update status di Facebook, foto di Instagram dan segala informasi yang kita kirim di platform dan layanan digital seperti belanja, pesanan transportasi online, adalah jejak digital.
“Oleh sebab itu selalu hati-hati dan berpikir kritis. Sebelum posting apapun tahan dulu, pikirkan dampaknya karena jejak itu mudah diduplikasi dan disebarluaskan tapi sangat sulit dilenyapkan sekalipun sudah terhapus,” tutur Eka.
Webinar yang dipandu moderator Nindy Gita itu juga menghadirkan narasumber business coach UMKM Rizky Ayu Febriana, Ketua Dewan Pembina Internet Development Institute Sigit Widodo, serta Endy Agustian selaku key opinion leader.