Rabu, November 27, 2024

Cerdas memilah sisi positif perubahan era digital

Must read

Perubahan budaya analog ke digital menjadi satu bukti nyata bahwa perubahan budaya sebagai keniscayaan. Perubahan budaya itu melahirkan tantangan baru bernama era digital, yang ditandai terbukanya akses dan proses yang serba cepat, instan.

“Kemudahan akses dan proses itu lantas menyebabkan berbagai perubahan perilaku masyarakat, tak terkecuali di negara demokrasi seperti Indonesia,” kata alumni Lemhanas RI Moh. Syukron Aby, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema “Menjadi Pengguna Internet yang Beradab” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Rabu (17/11/2021).

Dalam webinar yang diikuti 300-an peserta itu, Syukron mengatakan sebagai negara demokrasi, Indonesia menjunjung dan mengakui kebebasan berpendapat dan berekspresi. Khususnya di ruang digital.

Namun tak dipungkiri, kebebasan berekspresi di ruang digital itu acapkali disalahgunakan sehingga menjadi dampak negatif yang bisa membahayakan kehidupan ruang digital itu sendiri.

“Misalnya saja beberapa konten negatif di dunia maya mulai dari hoaks, ujaran kebencian, sikap rasis, pornografi, pencemaran nama baik, cyber bullying, itu semua menjadi tantangan kebebasan berekspresi dalam pemanfaatan teknologi Informatika dan digitalisasi di era 4.0 ini,” kata Syukron.

Oleh sebab itu, agar kejahatan dunia maya atau kejahatan digital ini bisa di minimalisir, menurutnya perlu dilakukan peningkatan pemahaman dan peningkatan kemampuan masyarakat dalam penguasaan teknologi informasi dan komunikasi serta internet yang benar. “Misalnya melalui implementasi program literasi digital yang kontinyu,” ujarnya.

Syukron menambahkan perkembangan teknologi semakin pesat internet internet menjadi sangat penting karena sebagian masyarakat di dunia ini telah terkoneksi pada skala nasional. Bahkan saat ini, pengguna internet berada pada angka 202,6 juta dan dalam 1 menit perputaran ekonomi di internet sebanyak 1.000.000 dolar dan terdapat 208.000 partisipan Zoom.

“Dalam 1 menit saat ini internet dan sosial media sudah jadi bagian dari kehidupan yang mengalahkan media-media lainnya. Literasi digital menjadi hal penting karena merupakan strategi kebudayaan,” ungkapnya.

Melalui proses belajar kebudayaan menjadi sebuah instrumen yang bebas nilai. Di sinilah peran Digital Ethics sebagai kemampuan individu dalam menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan dan mengembangkan tata kelola etika digital dalam dalam kehidupan sehari-hari diperlukan.

Negara Indonesia menganut asas demokrasi sehingga hak sebagai individu warga negara dilindungi oleh negara di antaranya adalah kebebasan berekspresi. “Namun kebebasan ini terbatas, ada norma etika, moralitas, norma hukum yang berfungsi sebagai menjaga ketertiban umum,” katanya.

Faktanya, lanjut Syukron, banyak orang yang tidak membaca konten yang mereka bagikan. Tapi hanya membaca judulnya, tidak mempertimbangkan sumber berita, cenderung mudah kena bias, dan hanya menyukai konten yang memperkuat kepercayaan atau ideologi pribadi atau kelompoknya.

“Mereka memang mengolah informasi dari media terpercaya. Namun isinya sudah dipelintir. Makin sering melihat suatu informasi hoaks makin mudah mereka mempercayainya,” tuturnya.

Narasumber lain dalam webinar itu, dosen Universitas Borneo M. Thobroni mengatakan, berdasarkan studi most literate nations in the world yang dilakukan oleh Central Connecticute State University, Indonesia menduduki peringkat ke 60 dari 61 negara soal minat membaca. Ironinya Indonesia merupakan negara dengan aktivitas jejaring sosial tertinggi di Asia. Artinya sangat mudah bagi orang Indonesia untuk menyebarkan berita tanpa menelaah lebih dalam informasi yang disebarkannya.

“Dengan situasi ini, digital skill harus dikuasai. Baik komunikasi penanganan informasi dan konten, transaksi pemecahan masalah dan cara amankan identitas digital,” kata Thobroni. Webinar yang dipandu oleh moderator Dannys Citra itu juga menghadirkan narasumber redaktur Langgar.co Abdul Rohim, dosen HI UNS Septyanto Galan Prakoso serta seniman Ones sebagai key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article