Generasi terus berganti seiring dengan berubahnya zaman. Pada masa lalu, generasi tumbuh berkembang dengan pendidikan yang diasuh dari pesan ilmu yang dibagikan guru di kelas dan buku cetak yang dibaca. Kini, era digital bertransformasi dalam pendidikan yang berubah menjadi serba digital. Guru bukan lagi sumber informasi yang membentuk tumbuh kembangnya satu generasi. Internet dan link yang makin luas dan cepat, serta sumber ilmu tak terbatas, itulah yang menuntun generasi emas Indonesia di masa datang. Lantas, apa yang mesti dimiliki generasi emas?
Dalam harapan mantan Mendikbud Prof M. Nuh, generasi emas pertama-tama mesti menguasai attitude, budi pekerti, dan moral integritas diri yang santun dan luhur. Transformasi digital melahirkan akses informasi yang sangat luas, karenanya teknologi digital menuntut kecakapan digital.
”Lalu skill, kompetensi yang dikuasai untuk menjadi alat mengembangkan ilmu pengetahuan sebagai modal bersaing di masa datang. Untuk itu, ilmu pengetahuan mesti dipahami lebih luas,” kata Iwan Gunawan, praktisi community development, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Tegal, Rabu, 17 November 2021.
Membahas topik menarik ”Transformasi Digital untuk Pendidikan: Menyongsong Generasi Emas”, webinar dibuka dengan keynote speech Presiden Joko Widodo, dilanjut pesan dari Kepala Kanwil Kemenag Jawa Tengah, Mustain Ahmad. Dipandu moderator Mafin Risqi, selain Iwan Gunawan hadir tiga pembicara lain: Dr. Nyarwi Ahmad, Direktur Eksekutif Indonesia Presidential Studies; Amien Nur Baedi, pengawas Pendidikan Agama Islam (PAI); dan Ahmad Taufik, guru PAI. Ikut pula bergabung Nindy Gita, professional public speaker, sebagai key opinion leader.
Iwan Gunawan menambahkan, ada yang keliru dipahami oleh masyarakat kita berkaitan dengan arti ilmu pengetahuan. Yang dimaksud knowledge hanya dipahami sebatas beragam pelajaran yang diajarkan di sekolah. Padahal, menurut Iwan, ilmu pengetahuan mestinya lebih luas dipahami sebagai pengetahuan tentang diri kita sendiri. Dengan begitu, biologi mestinya dipahami sebagai pengetahuan tentang diri kita di tingkat seluler, kimia dipahami sebagai diri kita di tingkat molekul, dan psikologi adalah pengetahuan diri kita di tingkat emosi.
”Dengan begitu, saat ketemu dengan ilmu digital, akan dipahami sebagai diri kita sebagai akun komunikasi dan informasi. Dengan modal pemahaman itu, maka ilmu tidak dipisahkan dari diri kita, karena diri kita adalah tempat duduknya ilmu. Sehingga, ilmu tidak dianggap sebagai suatu yang eksklusif, tapi inklusif,” ujarnya.
Iwan menambahkan, mengembangkan ilmu dengan terus bertanya dan memperkuat informasi menjadi keharusan, di mana dengan teknologi digital menjadi sarana mempermudah dan mempercepat berkembangnya ilmu pengetahuan, baik di ruang kelas konvensional maupun ruang digital tempat tumbuh majunya generasi emas. ”Pemahaman yang tepat dan cerdas menjadi modal bertumbuhnya generasi emas secara on the right track,” tambah Iwan, lebih rinci.
Namun, menurut Ahmad Taufik, narasumber berikutnya, yang mesti disadari oleh netizen dan semua lapisan masyarakat saat berada di ruang digital, adalah tetap mematuhi tatanan dan etika dalam berinteraksi sebagaimana di dunia nyata.
”Sebagai tatanan etika saat berada di ruang internet, netiket merupakan norma yang mesti dipahami dan dipatuhi bersama. Karena, di ruang digital kita bertemu manusia lewat akunnya, yang mempunyai latar budaya, bahasa, dan adat yang berbeda,” kata Taufik.
Pengguna internet, lanjut Taufik, adalah orang yang anonymous, yang menuntut pernyataan identitas asli dalam berinteraksi. Sebab, dengan beragam fasilitas internet memungkinkan netizen bertindak etis dan tidak etis. Karenanya, jagalah selalu dengan mengakses dan menyebar informasi yang positif dan bermanfaat.
”Biasakan menggunakan fact check tool yang tersedia di banyak aplikasi digital untuk menyaring informasi yang membanjir di ruang digital. Artinya, dengan satu langkah mudah, kita bisa menjaga jejak digital kita selalu positif dan aman. Juga, bisa mencegah hoaks tak beredar luas. Kecakapan itulah modal penting yang mesti dikuasai generasi emas,” pungkas Ahmad Taufik.