Dinamika tumbuh kembangnya transformasi digital dewasa ini melahirkan kondisi masyarakat dalam dua sisi: terang dan gelap. Yang gelap berkembang dengan beragam ancaman kejahatan siber, beredarnya hoaks dan beragam efek negatif. Banyak bertumbuh konten yang dibuat secara dangkal dan tak bermakna.
Medsos dibanjiri info dangkal, tapi justru disuka dan bikin banyak subscriber-nya. Dari soal Aurel tak ingat nomor hape Atta Halilintar, ikan cupang kesayangan Ashanti mati bikin stres, bahkan cuma mergoki artis ganteng Verrel Bramasta lagi minum es di pinggir jalan, foto dan videonya jadi viral dan trending di banyak media online dan mengundang acungan jempol.
”Kontennya sederhana dan, kalau mau jujur, dari segi news ya cemen. Tapi itulah media digital. Yang begitu justru yang disuka netizen,” papar Dr. Riant Nugroho, pengamat dan penggiat literasi digital pendidikan saat menjadi narasumber Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Sleman, DI Yogyakarta, Kamis (18/11/2021).
Riant Nugroho menambahkan, meski realitasnya demikian, bukan berarti netizen kita yang tahun lalu diganjar survei Microsoft sebagai netizen paling tidak sopan se-Asia, rangking 29 dari 32 negara yang disurvei, tidak berbenah dan berubah ke sisi terang di jagat digital. Kata Riant, sudah banyak netizen yang cerdas mengambil peluang dan tantangan di ruang digital. Banyak kaum mudanya tumbuh membangun start up baru yang moncer se-Asia.
Kita punya Gojek dan Tokopedia yang bersinergi menjadi GoTo. Bukalapak yang kini aset dan nilai transaksinya sudah triliunan dan membanggakan banyak pihak, membuat pelapak UMKM terbantu untuk makin on boarding di e-marketing. Produk UMKM yang fresh dan berdaya saing dalam kompetisi pasar global juga semakin luas dan tak terbatas.
”Itu bukti, generasi muda kita yang makin cakap dengan skill digital semakin banyak yang jago merespon positif perkembangan transformasi digital, dan siap dengan tantangan transformasinya,” tambah Riant, lebih jauh.
Mengupas tema menarik ”Menjadi Pelopor Masyarakat Digital”, webinar yang diikuti 500-an peserta itu dibuka dengan keynote speech dari Presiden Joko Widodo, yang kemudian dilanjut dengan pengantar dari Kepala Kanwil Kemenag DI Yogyakarta, Dr. Masmin Afif. Dipandu moderator Fikri Hadil, selain Riant, hadir tiga pembicara lain. Yakni, Prasidono Listiaji, pemred media online AgendaIndonesia.com; Buchori Muslim, Kabid PAIS (Pendidikan Agama Islam) Kanwil Kemenag DI Yogyakarta; dan Ahmad Fauzi, Pengawas Madya Kanwil Kemenag DI Yogyakarta. Ikut pula bergabung entrepreneur Ayu Rahma sebagai key opinion leader.
Sesuai tema webinar, Buchori Muslim mengatakan, untuk bisa menjadi pelopor berdigital yang positif dalam masyarakat, kita mesti mempunyai kecakapan digital yang lebih mumpuni dan lebih kompeten. Sehingga, bisa menjadi teladan bagaimana berdigital yang positif dan inspiratif. Buchori mengingatkan, jadilah contoh dalam masyarakat dengan biasa bertabayyun saat menerima informasi yang meragukan kebenarannya. Juga, hanya membagi informasi yang bermanfaat.
Buchori Muslim menambahkan, jangan suka tampil sebagai typo police, yakni: mereka yang gemar mengoreksi kesalahan orang lain, memperbaiki koment atau tulisan orang di ruang publik. Itu hanya akan membuat sang penulis atau yang mengunggah tersinggung. Intinya, di ruang digital, saat hendak koment mesti dihubungkan dengan hati dan perasaan pemiliknya.
”Kalau mengkritik yang sopan dan dilakukan dengan bahasa santun. Jangan main typo police dan jangan oversharing. Berlebihan men-share. Pastikan hanya men-sharing yang bermanfaat. Karena kadang yang baik belum tentu benar, yang benar belum tentu pantas di-share. Dan yang pantas di-share belum tentu manfaat buat orang lain,” ujar Buchori, serius.