Temuan ini cukup menarik dan membuka mata kita. The Conversations meriset soal keterkaitan minat, bakat dan peran orangtua, menemukan fakta bahwa 22 dari 24 pemain catur dan skatters kelas dunia ternyata menemukan bakat dan jago bermain catur dan skatters karena diperkenalkan oleh orangtua mereka sejak usia dini, 5 s.d. 10 tahun.
Seno, SPdI, MPdI, guru Taman Kanak-Kanak Islam Terpadu (TKIT) Arafah 2 Boyolali, punya catatan menarik soal itu. Kata Seno, kita juga mengenal banyak dalang wayang cilik yang tergali potensi bakatnya karena sejak kecil nonton bapaknya pentas. Seniman dan penyanyi Adi Bing Slamet, Eva Celia, dan banyak musisi dan seniman lain terasah bakatnya juga karena melihat sukses orangtua.
Teknologi digital di masa kini juga semakin memperbesar potensi dan bakat kita menjadi makin dahsyat. Alif Gustachiar, belasan tahun lalu masih jadi anak desa di Ponorogo dan merantau ke Tangerang sebagai sopir truk pasir. Tapi kejelian menggali potensi diri, yang ternyata berbakat main gitar, minat Alif terasah saat temannya merekam dan mengunggah di channel Youtube dengan nama Alip Ba Ta, dan rupanya banyak direspons penikmat musik dunia.
Jalan hidup Alif berubah. Subscriber-nya jutaan, dan kini bakat main gitar itu mengubah hidupnya menjadi miliarder yang sudah meraup Rp 8,8 miliar dari bakatnya main gitar. Alif pun menjadi musisi dunia kondang dan sejajar dengan gitaris papan atas dunia.
”Jadi, yuk tiru Alif, temukan minat dan bakat dalam ruang digital, dari situ kita akan lahirkan beragam potensi dahsyat. Mulailah dari hal yang sederhana di keseharianmu,” papar Seno, saat tampil sebagai pembicara dalam Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital, yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk warga Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, Kamis (18/11/2021).
Webinar yang membahas topik ”Mengembangkan Minat dan Bakat dengan Literasi Digital”, ini dibuka resmi secara daring oleh Presiden Joko Widodo dengan menyampaikan keynote speech-nya yang kemudian dilanjut dengan pengantar dari Kepala Kanwil Kemenag Jateng, Mustain Ahmad.
Selain Seno, tampil juga tiga pembicara lain, yakni: Dr. Waryani Fajar Riyanto, dosen UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta; M. Nurkhoiron, penggiat literasi dari Yayasan Desantara; dan Muh Faojin, pengawas madya Pendidikan Agama Islam (PAI) Kanwil Kemenag Jateng. Ikut bergabung Ananda Octovera, beauty enthusiast yang tampil sebagai key opinion leader. Keempatnya tampil dipandu moderator Bobby Aulia.
Menyambung diskusi, M. Nurkhoiron mengatakan, potensi yang dimiliki Indonesia memang sangat besar. Mengutip data We Are Social, besarnya potensi terlihat dari populasi netizen Indonesia yang berada di angka 202 juta warga yang terkoneksi internet. Sedangkan yang aktif berinteraksi di beragam medsos sampai 3,5 jam sehari jumlahnya 170 juta orang.
Menurut Khoiron, banyak yang bisa diasah di medsos untuk menemukan potensi bakat kita. Misal, banyak konten mengajarkan pertanian organik yang kini sedang banyak diburu beragam produknya. Banyak petani domba sukses, juga peternak ikan hias yang selalu menjadi tren di Thailand dan China membagi pengalaman ternaknya, baik itu ikan cupang hingga beragam ikan hias baru.
”Itu sangat menarik ditiru, dikembangkan, dan dipasarkan di sini dengan kecakapan digital. Di usia produktif, itu jelas hal yang tak sulit. Tak ada yang tak bisa dieksekusi. Kuncinya cuma mau mulai atau terus meratapi diri, yang mestinya berdaya dan kaya banyak potensi. Dan, mulai dari sekarang, jangan tunda besok,” ujar Nurkhoiron, menyemangati peserta.