Kamis, November 28, 2024

Kolaborasi di ruang digital: cara mudah kampanyekan budaya di mata dunia

Must read

Banyak cara mengampanyekan budaya Indonesia, salah satunya melalui media digital yang memberikan ruang yang sangat luas. Tantangannya adalah bagaimana warga Indonesia mau dan merasa bangga mengenalkan budaya tersebut ke mata dunia. Hal tersebut dibahas dalam webinar literasi digital bertema “Internet untuk Kampanye Bangga Budaya Indonesia” yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kota Yogyakarta, Kamis (25/11/2021).

Diskusi virtual kali ini dipandu oleh Bobby Aulia (Entertainer) dan diisi oleh empat narasumber: Evelyne Henny Lukitasari (Dosen Universitas Sahid Surakarta), Akhmad Ramdhon (Staf Pengajar UNS), Ragil Triatmojo (Blogger), dan Imam Wicaksono (Praktisi Pendidikan). Ikut bergabung Venabella Arin (TV Presenter) sebaga key opinion leader. Masing-masing narasumber membahas tema diskusi dari sudut pandang empat pilar literasi digital, digital skill, digital culture, digital safety, digital ethics.

Evelyne Henny Lukitasari, dosen desain komunikasi visual, mengatakan bahwa mengampanyekan budaya Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai cara dan dari berbagai bentuk budaya. Bisa dari sisi kuliner, lagu, adat, dan sebagainya. Tentunya di era digital mengkampanyekan budaya lokal dapat dikemas dengan lebih menarik jika mau meningkatkan kecakapan digital.

Digital skill di era digital adalah kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, menggunakan dan memanfaatkan teknologi digital yang bertanggung jawab untuk berinteraksi dalam berbagi informasi dan berkomunikasi. Dasar dari kecakapan digital adalah tanggung jawab, agar pemanfaatan teknologi dilakukan dengan tidak menyinggung perasaan orang lain. Dalam pembuatan karya tanggung jawab berarti tidak menggunakan karya orang lain atau plagiasi.

Strategi kampanye bangga budaya Indonesia di internet menurut Evelyne dapat diimplementasikan melalui karya ilustrasi. Ilustrasi yang menarik dibuat dengan tema khusus dengan memfokuskan pada pesan atau informasi yang ingin disampaikan kepada audiens.

“Berangkat dari tema, ilustrasi dapat divisualisasikan dengan memunculkan identitas atau citraan. Sebuah ilustrasi bisa lahir dari inspirasi yang didapat dari beragam hal. Setelah itu pesan dari ilustrasi dapat disampaikan secara lebih detail melalui konten tulisan yang informatif, misalnya menceritakan asal usul dari suatu budaya,” ujar Evelyne kepada 800-an peserta webinar.

Mengkampanyekan budaya tidak harus dipikul sendirian, melakukan kolaborasi adalah kunci dalam menghadirkan visualisasi budaya yang lebih ciamik. Ia mencontohkan karya musik oleh Alffy Rev yang melakukan kolaborasi memvisualisasikan kekayaan Indonesia dengan penyanyi untuk membawakan lagu-lagu daerah dipadu dengan keindahan alam dan adat dalam satu video musik.

“Dari contoh tersebut maka mengkampanyekan budaya dapat dilakukan dengan cara yang menyenangkan sehingga dapat menarik orang lain dengan mudah. Upgrade skill dan terus belajar merupakan kecakapan yang perlu diasah terus menerus, serta didasari keyakinan bahwa budaya Indonesia itu keren,” imbuhnya.

Kemampuan yang juga perlu ditingkatkan dalam mengampanyekan bangga budaya Indonesia adalah kemampuan copywriting. Gaya penyampaian yang santai dan menyenangkan dapat diterima dengan mudah oleh kaum muda. Buat takarir yang informatif dan komunikatif sehingga ada interaksi yang terjalin dengan audiens. Tahap akhirnya adalah memanfaatkan media sosial untuk menyebarluaskan budaya.

Sementara itu Akhmad Ramdhon (Staff Pengajar UNS) menambahkan bahwa selain harus cakap, paham konteks kebudayaan di internet, pengguna media digital juga mesti dapat memastikan keamanannya ketika berbagi di ruang digital. Pengguna harus paham untuk mengakses, mengelola, memproses informasi, serta membangun ketangguhan diri, perlindungan data, dan kolaborasi menciptakan keamanan digital bersama.

”Harus sadar, ketika terkoneksi dengan dunia digital maka semua informasi yang menjadi profil pengguna terkoneksi dengan semua orang di dalamnya. Ruang digital rentan dengan ancaman keamanan. Harus sadar dengan keamanan koneksi, misalnya ketika menggunakan wifi agar tidak melakukan aktivitas yang membutuhkan password karena jaringan publik rentan keamanannya,” jelasnya.

Pengguna juga harus sadar untuk tidak menggunakan dan memberikan data ke publik secara luas. Kemudian ketika terkoneksi dengan beragam media sosal harus cermat dan kritis, tidak asal klik tautan. Pengguna juga harus cermat ketika memberikan izin akses aplikasi, oleh sebab itu jangan sembarang mengunduh aplikasi.

“Ruang digital tidak aman tapi kita harus sadar untuk aman. Bagian pentingnya kita butuh menghargai privasi orang lain, artinya keamanan digital itu harus dijaga oleh masing-masing pengguna,” pungkasnya.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article