KNRP dorong pemerintah aktif lakukan lobi internasional
Aksi militer sepihak Israel di wilayah Gaza, Palestina yang berlangsung selama tiga hari sejak 5 hingga 8 Agustus yang lalu telah menimbulkan korban jiwa masyarakat sipil hingga mencapai angka 47 jiwa , 16 di antaranya adalah anak-anak, dan lebih dari 300 orang luka-luka. Infrastruktur bangunan seperti sekolah, gedung perkantoran, pemerintahan, rumah-rumah warga telah hancur akibat dirudal Israel. Saat ini terjadi gencatan senjata antara pejuang Palestina dan Israel sejak hari Minggu (7/8) yang lalu.
Komite Nasional untuk Rakyat Palestina (KNRP) mendorong pemerintah Indonesia untuk berperan aktif dalam proses pemulihan jalur Gaza paska agresi. Menurut Ketua KNRP Soeripto, PBB harus memperhatikan secara serius konflik ini agar tidak terjadi korban-korban yang lebih banyak lagi.
“Sepertiga korban adalah anak-anak. Mereka rata-rata berumur mulai dari 4 tahun hingga 17 tahun. Selain itu juga ada wanita dan orang tua. Ini sangat menyedihkan bagi warga Palestina di sana karena banyak anak-anak yang menjadi yatim piatu, dan orang tua kehilangan generasinya. Apalagi PBB seolah membisu terhadap perang ini,” tuturnya saat dihubungi di Jakarta (12/8).
KNRP sendiri, tambahnya, selama ini telah memobilisasi bantuan kemanusiaan untuk meringankan beban ekonomi para pengungsi Palestina di wilayah Jalur Gaza, Tepi Barat, serta kamp pengungsian di Lebanon, Yordania dan Turki Selatan. Dalam semester pertama 2022 ini, total bantuan masyarakat Indonesia yang dititipkan kepada KNRP telah disalurkan kepada lebih dari 30.000 keluarga di kamp-kamp pengungsian tersebut, termasuk juga di Gaza.
“Hampir tiap tahun Gaza selalu diserang secara agresif oleh Israel. Tahun lalu di bulan Mei pun Israel telah memborbardir Gaza dengan korban lebih dari 287 jiwa yang meninggal, 8900 mengalami luka-luka di mana 67 di antaranya adalah anak-anak, 40 wanita dan 17 lansia. Lalu sekarang mereka kembali melakukan serangan. Sebagai sebuah negara merdeka, Indonesia tidak bisa pasif melihat kejahatan atas kemanusian ini,” tegasnya.
Soeripto pun mengapresiasi langkah pemerintah Prancis melalui Menteri Luar Negeri-nya yang mengatakan perdamaian di Gaza tidak akan terjadi selama masih ada blokade, dan Prancis secara aktif dengan negara-negara Eropa terus berupaya memulihkan konflik tersebut agar tercipta perdamaian yang langgeng.
“Mesir dan Qatar juga perlu diapresiasi karena dua negara ini menginisiasi mediasi antara Israel dan pejuang Palestina. Terlepas dari masalah dasarnya, kita perlu melindungi warga sipil Gaza dan Palestina secara umum dengan proaktif melakukan lobi-lobi perdamaian.”
Saat ini KNRP telah melakukan komunikasi intensif dengan mitra-mitra kerjanya baik di Palestina maupun negara-negara lain yang menjadi tempat penampungan para pengungsi. Rumah sakit-rumah sakit di Gaza pun saat ini penuh dengan korban luka-luka dan meninggal sehingga tenaga medis menjadi kewalahan dalam mengatisipasi lonjakan pasien tersebut.