Minggu, Desember 22, 2024

Mahakam, wisata kuliner antik dan oleh-oleh Kaltim

Must read

Oleh Emi Rahmayanti

Emi Rahmayanti

Toko Maju adalah warung kopi antik, sebut saja begitu. Kenapa saya sebut ”warung antik”? Karena, sejak dari papan namanya saja, toko ini sudah antik. Saya mengenalnya sejak masa kanak-kanak hingga remaja. Dan, papan nama yang sama tetap dipasang oleh pemiliknya. Toko Maju sudah beberapa kali berpindah tempat, sejak mula pertama berdiri sekira tahun 1970-an.

Warung ini menjadi tujuan utama kalau saya pulang ke Samarinda, ibu kota Kalimantan Timur. ”Di Samarinda masih ada warung kopi zaman dulu, lho,” seorang kerabat bercerita saat menginap di rumah kami di Yokohama. Padahal, sudah beberapa kali saya pulang kampung, tapi tidak ada yang mengingatkan kalau warung antik ini masih ada dan layak dikunjungi.

Saya langsung tertarik, karena memang menggemari tempat-tempat kuno dengan situasi zaman dulu. Bagi saya, ada keindahan seni tersendiri mengamati hal-hal yang mengandung unsur ”baheula”.

Pagi-pagi, tepat pada jam biologis sarapan pagi, sekira jam 7, saya melangkah ke Jalan Panglima Batur. Tujuan pertama: Toko Maju. Di jalan raya satu arah ini, warung antik tersebut berada di sisi kanan jalan. Satu deretan dengan toko-toko elektronik, persis di sebelah toko elektronik Perkasa.

Roti bakar selai bikinan sendiri.

Saat toko-toko lain masih rapat menutup pintu, jam 6 pagi encik dan engkoh toko Maju sudah rapi menunggu tamu-tamunya yang hendak menyeruput kopi tubruk racikan mereka sendiri. Ada juga teh susu, roti bakar selai sarikaya buatan sendiri, roti telur, telur ayam kampung setengah matang, atau coto Makassar dan soto Banjar. Hmmm… cita rasa asli, pokoknya.

Segera saja, teh susu asli Samarinda saya pesan untuk mengingat kembali rasa asli teh tarik di masa kanak-kanak dulu. ”Benar, ini masih sama dengan rasa yang dulu,” saya memekik kegirangan. Cita rasa yang sudah lama saya cari-cari, baru ketemu lagi sekarang. Konon, teh susu ini adalah suguhan minuman berkelas tinggi pada zaman dulu. Biasanya disajikan untuk tamu istimewa, tamu penting, atau tamu terhormat yang datang ke rumah kita.

Cara membuatnya: masukkan bubuk daun teh (loose leaf dengan potongan daun kecil-kecil) ke dalam kain penyaring, lalu seduh dengan air panas rebusan baru. Diamkan atau rendam 3-4 menit. Sesudahnya, tuang ke dalam cangkir, dan terakhir tambahkan susu kental manis yang banyak. Rasanya (harus) manis, kalau menginginkan rasa yang original.

Racikan kopi ala Mahakam.

Sambil menunggu roti telur dan roti bakar selai sarikaya dibuat dengan menggunakan bara api arang, saya tak mau buang kesempatan. Kamera segera mengabadikan proses memasak di depan kami, juga memotret beberapa perabotan dan peralatan antik yang masih terpajang. Warung ini sengaja masih menggunakan peralatan memasak zaman dulu. Furniturenya juga model lama. Meja kayu biasa yang cat permukaan mejanya terkelupas sedikit, rak gelas, tempat pencucian piring, panci jerang air, teko pembuat kopi teh, rak roti, lemari kaca penyimpan kue pie kacang, rak rokok. Semua model kuno.

Satu porsi roti telur dengan pilihan selai nanas atau sarikaya, cukup membuat kenyang untuk sarapan pagi. Untung saya tidak datang sendiri. Karena pasti tidak akan mampu menghabiskannya sendirian. Saya datang bertiga bersaudara (kakak yang memang tinggal di Samarinda, dan adik dari Medan yang tengah berlibur ke sini) memesan semua kuliner kenangan ini.

Coto Makassar belum dicicipi. Yang jelas, siangnya kami kembali ke sini untuk menikmati Coto Makassar yang, walau bukan kuliner asli Samarinda, namun menu ini sangat diminati. Tidak ada masalah kalau bolak-balik ke sini, karena ke sana-kemari di Samarinda tidak akan memakan waktu. Jarak dari satu tempat ke tempat lain tidak berjauhan.

Nikmat mana lagi yang engkau dustakan?

CARI OLEH-OLEH KHAS KALTIM

Tidak jauh dari Jalan Panglima Batur, Anda akan menemukan toko-toko elektronik dan aneka toko emas. Tak jauh dari sini, kita akan menuju Pasar Seni Citra Niaga di Jalan Citra Niaga. Pasar seni ini menjual beragam cinderamata Kalimantan Timur, antara lain kerajinan khas Dayak Kaltim, aneka batuan permata khas Kalimantan, batu warna-warni bergaya Dayak (batu asli dan imitasi), batu-batu alam asli, tas manik Dayak, tas anyaman rotan, sarung Samarinda, tameng, pedang mandau untuk hiasan dinding, dan hiasan terbuat dari kayu. Mahal? Jangan khawatir, harga-harga di sini relatif terjangkau. Juga bisa ditawar.

Di dekat warung antik ini, ada pilihan melihat pasar tradisional Pasar Pagi yang sangat padat dan macet oleh kendaraan. Di pasar inilah Anda bisa berbelanja ikan asin senangin (ikan laut), atau telur ikan biawan (telur ikan sungai) yang diasinkan. Di Sumatera, telur ikan seperti ini dikenal dengan nama terubuk.

Di dekat warung antik ini, ada pilihan melihat pasar tradisional Pasar Pagi yang sangat padat dan macet oleh kendaraan.

Dari sini, kita bisa menyusuri pinggir sungai Mahakam. Sungai yang melintasi Kota Samarinda ini sebenarnya punya daya tarik. Sayangnya, pemerintah setempat tidak membuatnya menjadi menarik sebagai tempat jalan-jalan, kongkow sembari berteduh. Padahal, menurut saya, eksotisme Sungai Mahakam masih bisa dipertahankan tanpa mengeksploitasi alam pinggir sungai ini menjadi tertutup. Sehingga, tetap memberi kesempatan angin bertiup, di samping tetap menjaga kebersihan.

Berburu oleh-oleh khas Kaltim.

Kalau boleh mengadopsi pemandangan pinggir laut yang pernah saya jumpai di Yokosuka, Yokohama, dan kota-kota lain lagi di Jepang, pinggir laut atau sungai lazimnya dibuatkan jalan setapak terbuat dari kayu dan beton.

Saya lalu bermimpi, di sepanjang pinggir sungai Mahakam itu kelak kita bisa menikmati pemandangan dengan berjalan kaki. Di sore hari kita juga bisa merasakan sepoi angin, serta menjadi wahana untuk jogging.

Suka juga kan kalau di kota masa kecil saya ini ada sisi yang bersih, indah, dan…so pasti bagus untuk dipotret. Kita bisa mengabadikan pemandangan senja hari yang merah atau jingga. Lalu, dari kejauhan, terlihat kokohnya Jembatan Mahakam yang menghubungkan Samarinda Pusat dan Samarinda Seberang. Saya yakin, sudut pengambilan foto Anda pasti akan sangat menarik. Instagramable.

*) Emi Rahmayanti, seorang jurnalis dan traveler, kini tinggal di Yokohama.

 

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article