Jumat, April 19, 2024

Berkolaborasi dan berbagi inspirasi di ajang Temu Seni Musik di Papua

Must read

Siksa Kubur

Suasana, interaksi dengan mama dan ragam bunyi-bunyian saat kunjungan ke Pasar Pharaa Sentani dan Club Pecinta Alam Hirosi di Cycloop jadi inspirasi musisi muda untuk berkarya dalam kolaborasi 

Empat musisi muda Papua; Christian Setyo Adi, Melfritin Waimbo, Yudhi Kaiwa dan Bastian Marani berbagi kesempatan istimewa dengan musisi muda lainnya peserta ajang Temu Seni dalam sesi Laboratorium Musik dan Diskusi Kelompok Terpumpun untuk berkolaborasi karya musik dan berbagi inspirasi seni budaya Papua selama dua hari, 13-14 Juli di Suni Garden Lake Hotel & Resort Sentani, Jayapura. 

Dalam sesi Laboratorium dan Diskusi ini, 14 musisi yang saling memiliki latar belakang genre musik yang berbeda mendapatkan arahan dan bimbingan dari fasilitator dan budayawan Sutanto dan etnomusikolog Joko Suranto.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni yang berlangsung di kota Jayapura, Papua pada 11 hingga 17 Juli 2022.

Sebanyak 14 seniman muda hadir di kota Jayapura untuk turut serta dalam sebuah ajang silaturahmi, apresiasi dan jejaring musik sekaligus memperkenalkan Indonesia Bertutur 2022 di daerah cagar budaya di Indonesia. 

Dosen dan etnomusikolog sekaligus Fasilitator dalam ajang Temu Seni, Joko Suranto Gombloh menyampaikan, “Temu Seni adalah sebuah momen menarik dan istimewa, meskipun hanya 5 hari namun ke-14 musisi muda yang turut serta ini menurut saya sudah membawa tubuh-tubuh musiknya yang memiliki jejak dan sejarah, sehingga kolaborasi musik yang nanti mewujud sama sekali bukan sesuatu yang instan.”

“Alih-alih karya yang ada merupakan sebuah bagian dari proses akumulasi dan formulasi panjang. Mereka adalah komposer muda terpilih yang masih memiliki passion, semangat dan etos yang luar biasa dan cukup mewakili ragam warna Nusantara yang penuh dengan kebhinekaan.”

Sementara itu, seniman dan budayawan, Sutanto menjelaskan bahwa Temu Seni adalah sebuah perhelatan yang patut disyukuri telah mewujud dan dihelat di bumi Papua. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan Papua, dimana nyanyian dan tarian dibawakan dengan semangat kesukacitaan dan positivitas yang demikian kuat dirasakan.

Inilah momen peleburan yang begitu apik, semangat keberagaman yang kaya berkumpul menjadi satu. Musisi dan alat-alat musik dari Medan, Minang, Solo, Dayak Kalimantan dan Papua biarlah menjadi unsur-unsur dengan kemungkinan bebas merdekanya ini berkumpul dan bermusik dalam kebahagiaan, kejujuran dan kemurnian.

Eksistensi utamanya adalah saat mereka bersama bermusik dan ajang Temu Seni ini adalah sebuah “pancingan” untuk kreativitas komposer muda.   

Musisi muda Papua, Yudhi Kaiwa menuturkan bahwa yang menjadi inspirasi dan referensi dalam kolaborasi di ajang Temu Seni bersama teman-teman musisi di kelompok kami adalah mitos penciptaan manusia dari suku asmat Papua dan alam Papua.

“Kelompok kami sudah memiliki gambaran untuk membuat suatu kolaborasi musik, yaitu dengan menggabungkan suara soundscape dengan instrument tradisi Papua dan suara yang sudah diubah ke dalam bentuk sampel, serta ditambahkan nyanyian dan senandung khas Papua.”

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article