Sabtu, April 20, 2024

Cara efektif untuk hidup produktif di era digital

Must read

Siksa Kubur

Kemajuan teknologi digital saat ini menuntut generasi sekarang untuk dapat bekerja cepat, tepat, efektif dan efisien, dengan mobilitas tinggi untuk bisa beradaptasi dengan berbagai bidang pekerjaan yang sebagian besar berbasis teknologi kreatif.

“Agar penggunaan teknologi digital dapat membawa kita pada kehidupan produktif, ada sejumlah prinsip yang mesti dipegang, sehingga teknologi digital benar-benar dapat kita ambil manfaat positifnya,” kata dosen Universitas Serang Raya Ahmad Sururi, saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema ”Hidup Produktif di Era Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Senin (6/9/2021).

Dalam webinar yang diikuti 565 peserta itu, Sururi menyatakan, penggunaan teknologi digital mesti dilatari dengan background adanya kebutuhan produktif. Bukan keinginan, apalagi gaya hidup. ”Teknologi digital juga perlu dipandang hanya digunakan sebagai sarana saat dibutuhkan atau situasi urgent atau penting saja. Bukan mendominasi segala aktivitas kita sebagai manusia,” tegasnya.

Sururi melanjutkan, penggunaan teknologi digital perlu memegang prinsip bahwa sarana itu adalah objek, bukan subjek. Maka perlu ditelaah, apa jenis objek teknologi yang dapat membuat kehidupan kita menjadi produktif penggunaannya. “Tempatkan pula teknologi digital berdasarkan manfaatnya. Dengan cara menentukan, manfaat teknologi digital yang kita gunakan berdasarkan inisiatif,” urainya.

Sementara untuk memaksimalkan teknologi digital agar menjadikan sarana generasi muda lebih kreatif dan produktif, menurut Sururi, perlu berfokus pada informasi positif sambil terus meningkatkan kualitas kehidupan sosial yang produktif. “Ada sejumlah tips dan strategi menjadi produktif di era digital ini yang bisa kita jalankan,” ujarnya.

Tips dan strategi tersebut adalah semangat ’get up’ atau bangkit, bangun mewujudkan mimpi, lalu ’change up’ atau berubah dari kebiasaan bermalasan menjadi produktif, kemudian ’moving up’ atau bergerak dalam menjalani aktivitas kreatif. Selanjutnya, ’show up’ atau tunjukkan kemampuan yang dimiliki, dan ’don’t ever give up’ atau jangan pernah menyerah jika menemui kegagalan memanfaatkan teknologi digital untuk mimpimu.

“Kita pun perlu mengembangkan skill habit dan mind set (SHM) agar bisa produktif di era digital ini,” tandas Sururi.

Skill berkaitan dengan berbagai kemampuan. Inovasi serta kemauan dalam belajar memaksimalkan penggunaan teknologi digital. Sedangkan habit berkaitan dengan tradisi dan motivasi dalam mengelola waktu, sementara mindset berkaitan dengan fokus positive thinking dan positive action dalam menciptakan produktivitas di era digital.

“Kecakapan digital menjadi modal penting bagi individu atau masyarakat agar dapat hidup produktif di era digital produktivitas di era digital. Sebagian besar ditentukan oleh bagaimana penggunaan digital dalam mengembangkan skill, habit dan mindset ini,” kata Sururi.

Narasumber lain dalam webinar itu, Ketua LPPM UNU Yogyakarta Muhammad Mustafid mengatakan, dalam menjaga produktivitas di era digital jangan lupa melakukan aspek keamanan, seperti proteksi perangkat digital. Sebab, ujar Mustafid, merujuk laporan Security Endpoint Threat Report 2019, terungkap Indonesia memiliki tingkat malware tertinggi di kawasan Asia semenjak Covid-19.

“Dari malware yang ditemukan di Indonesia, berdasar laporan itu, sekitar 60 ribu serangan digital di antaranya bertema Covid-19,” kata Mustafid.

Sehingga perlu proteksi perangkat keras meliputi pengamanan kata sandi, fingerprint authentication hingga mengganti kata sandi secara berkala. Sedangkan proteksi perangkat lunak perlu dilakukan pula meliputi find my device, backup data, pemakaian anti-virus yang selalu ter-update, melakukan enkripsi full disk, juga shredder.

“Pengguna digital perlu pula melindungi identitas digital dengan langkah konsolidasikan dengan platform terkait jika terjadi keanehan di platform digitalnya,” ujarnya. Mustafid menyarankan pula, pengguna tidak menggunakan password yang sama di banyak situs, gunakan kombinasi password yang rumit dan hindari wi-fi publik.

“Bedakan antara email bisnis dan email pribadi, serta tidak terlalu terbuka dengan menampilkan informasi pribadi atau sensitif pada data yang kita inputkan di internet. Juga, jangan lupa mengaktifkan two faktor authentication,” ujar Mustafid.

Dimoderatori Dimas Satria, webinar kali ini juga menghadirkan narasumber Denik Iswardani Witarti (dosen Universitas Budi Luhur),  Nikmah Nurbaity (Kepala Kantor Cabang Dinas Pendidikan Wilayah VIII Jateng), serta Sri Rejeki selaku key opinion leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article