Ustad Lisin pun bersyukur selama ini pesantren asuhannya tersebut banyak yang membantu meskipun pihaknya tidak pernah memasang iklan.
“Dari mulut ke mulutlah Abata dikenal luas masyarakat. Kami saja sampai kewalahan menerima siswa baru sehingga harus melalui proses seleksi. Mungkin disebabkan karena Abata merupakan sedikit dari lembaga pendirikan berbasis keagamaan yang fokus pada pengasuhan anak tuna rungu. Kami berharap, santri-santri kami ini kelak punya masa depan yang cerah sebagaimana anak-anak normal lainnya. Mereka adalah aset bangsa yang sangat berharga,” tutupnya.
Website: abataindonesia.com
Instagram: instagram.com/pesantren_abata