Jumat, April 19, 2024

Infrastruktur masalah utama pariwisata Jember, ini siasat cerdiknya

Must read

Siksa Kubur

Bukan perkara mudah bagi Kabupaten Jember untuk mengembangkan dan berkompetisi di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif. Karena Jember di tengah lingkaran ‘penguasa’ pariwisata yakni Kabupaten Banyuwangi dan Malang Raya.

Selain harus cerdik membaca situasi, diperlukan tatakelola dan setrategi jitu agar mampu bersaing dengan kabupaten lain yang mengitari Jember. Terlebih lagi, Jember memiliki pekerjaan rumah berupa infrastruktur yang berat. Padahal, infrastruktur menjadi moda utama bagi wisatawan mau melenggang ke daerah ini.

Adalah fakta, untuk menyambangi Jember wisatawan harus transit terlebih dahulu di kota Surabaya, baik yang menggunakan pesawat maupun moda kereta api. Setelah itu, wisatawan harus melanjutkan perjalanan sekitar 3-4 jam lagi. Jalannya pun belum semulus jalan layang ‘Sheikh Mohammed bin Zayed (MBZ)’.

Hendy Siswanto, Bupati Jember, ketika menjamu 25 media yang diboyong Himpunan Anak Media (HAM) di Pendopo Wahyawibawagraha, Selasa Malam (22/11/2022) menyampaikan, Jember dalam membangun pariwisata menggunakan filosofi makan bubur ayam.

Jika yang mafhum makan bubur ayam pasti tahu cara dan setrateginya. Agar makan bubur ayam tetap nikmat dan tidak terkontaminasi rasa panas disarankan memakannya dari pinggir. Karena sudah tidak panas. Sehingga tetap enak hingga suapan terakhir.

“Jember letaknya di tengah di antara Lumajang, Probolinggo, Bondowoso, Situbondo dan Banyuwangi. Dari masing-masing daerah pinggiran Jember ini akan saya colek 5 persen saja jumlah penduduknya untuk mampir ke Jember. Karena 90 persen beberapa daerah tersebut melalui Jember,” ungkapnya.

Bupati Hendy menambahkan, jumlah penduduk Jember adalah 2,6 juta, jika ditambah 5 persen dari masing-masing jumlah penduduk kabupaten sekitar, maka Jember memiliki 5 juta penduduk. Dan ini pangsa pasar yang besar untuk dikelola dan potensi daya belinya pun besar.

Masih memakai filosofi makan bubur ayam, Hendy menjelaskan, jika ia langsung ‘jualan’ membangun obyek wisata pasti berisiko tinggi. Pandemi Covid-19 harus diakui menurunkan orang untuk berwisata, selain itu akan terjadi jarak untuk membangunnya.

Artikel sebelumnya
Artikel berikutnya
- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article