Kamis, April 25, 2024

Mencegah dengan prebunking: bisakah kita kebal terhadap hoaks?

Must read

Tak dipungkiri, publikasi hasil pengecekan fakta tidak menjangkau orang sebanyak dan secepat hoaks. Sehingga, ada baiknya mengambil prinsip bijak dari dunia kesehatan; mencegah adalah cara yang lebih efektif daripada mengobati untuk memerangi informasi yang salah.

Contohnya, baru-baru ini, perkembangan penanganan kasus pembunuhan Brigadir J mencuri perhatian publik sejak Juli 2022 hingga kini. Tak hanya update proses penegakan hukum yang tersaji di masyarakat namun media sosial pun mendadak dipenuhi unggahan dan video berisi bermacam-macam klaim. Mulai rekaman suara saat pembunuhan terjadi, spekulasi soal motif di balik tindakan tersangka Ferdy Sambo, hingga hasil vonis persidangan. 

Persebaran hoaks dan misinformasi seringkali lebih cepat daripada kerja aparat, bahkan daripada karya jurnalis yang meliput. 

Serupa dengan vaksin, proses membongkar kebohongan, taktik, atau sumber informasi sebelum tersebar—yang disebut prebunking—sangat penting.

Pada dasarnya, prebunking dilakukan dengan ‘menyuntikkan informasi palsu atau menyesatkan’ kepada orang-orang agar mereka tahu contoh-contoh informasi yang salah. Dengan begitu, mereka akan lebih siap untuk mengenalinya dan mempertanyakannya. 

Ini sama halnya seperti vaksin yang melatih respons kekebalan kita terhadap virus hoaks yang berbahaya. Mengetahui lebih banyak tentang informasi yang salah dapat membantu kita untuk lebih mudah mengenali, mengabaikan, kemudian tidak menyebarkannya.

Sebuah studi dari jurnal Science Advances yang dirilis 24 Agustus 2022, menunjukkan bahwa “prebunking” adalah cara yang efektif untuk melawan teknik propaganda di pusaran misinformasi dan disinformasi. Para peneliti Cambridge yang bermitra dengan Jigsaw, cabang studi Google, menemukan bahwa pengecekan fakta menyerupai pengobatan gejala penyakit. Sedangkan prebunking mirip dengan vaksinasi.

Membangun imunitas dari hoaks dengan bermain gim

Salah satu pendekatan yang dinilai efektif membangun imunitas terhadap hoaks adalah dengan bermain gim. Sejak tahun 2021, para peneliti di Social Decision Lab Universitas Cambridge alias Lab Pengambilan Keputusan Sosial, telah mengembangkan serangkaian permainan online gratis yang menempatkan para pemain agar dapat belajar tentang berbagai teknik manipulasi. 

Para peneliti menyatakan alasan pembuatan game ini ialah untuk membekali pemain dengan keterampilan mengidentifikasi, membantah, dan mencegah misinformasi yang berbahaya menjadi viral.

Bekerja sama dengan DROG dan Gusmanson Design, para peneliti Cambridge meluncurkan 3 online game dengan tema berbeda: Bad News, Harmony Square, dan Go Viral! Permainan Go Viral! misalnya, menempatkan pemain sebagai penyebar misinformasi tentang cornavirus disease 2019 (Covid-19). Sedangkan Bad News yang memposisikan pemain sebagai calon penebar kabar hoaks yang ulung.

Artikel sebelumnya
Artikel berikutnya
- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article