Jumat, April 19, 2024

Merdeka dari takhayul

Must read

Siksa Kubur

Indikasinya mereka terbiasa menempuh jalan pintas (short cut) dan lebih senang hidup dalam pengaruh takhayul masing-masing. Takhayul menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) adalah (sesuatu yang) hanya ada dalam khayal belaka atau kepercayaan kepada sesuatu yang dianggap ada atau sakti, tetapi sebenarnya tidak ada atau tidak sakti.

Menurut perspektif para ulama dan spiritual guru, belakangan ini takhayul bisa berupa pangkat, jabatan, ketenaran, dan segala aksesorisnya – ini, oleh penyandangnya (plus kroni mereka) dianggap sakti. Maka mereka puja, bahkan untuk meraihnya ada yang mengorbankan keluarga.

Sebagian orang masih mempercayai, menempati rumah (apalagi dinas) mewah, dengan deretan mobil tercanggih di garasi, bisa menghasilkan kenyamanan hidup. Kenyataannya mereka sering terihat terengah-engah untuk terus membuktikan seperti mempunyai semua itu. 

Hari-hari ini contoh takhayul bisa ditambah, antara lain, berupa jargon-jargon yang dianggap sakti di bisnis, ekonomi, dan sosial – seperti disruption, start up, millennial.

Kecenderungan sebagian orang, utamanya yang baru lepas dari masa remaja, biasanya sangat bangga kalau menjadi bagian dari upaya (bisnis dan organisasi lain di luar bisnis) yang digambarkan disruptive, masuk kategori start up. Kelompok masyarakat yang dianggap sebagai generasi millennial pun merasa punya keistimewaan.

Sementara itu, di mata golongan yang baru saja meninggalkan karir sebagai eksekutif senior di korporasi, kata-kata tersebut (disruptive, start up, millennial) menjadi semacam ancaman, seolah-olah memiliki daya sihir, sakti, dan harus diwaspadai. Ungkapan yang sering terdengar antara lain, “Mereka start up dan dikelola para milenial, lho.”

Hmm….?

Jargon-jargon tersebut menjadi seolah-olah memliki kesaktian sebagiannya karena khayalan sendiri. Keputusan-keputusan dan tindakan disruptive yang memiliki impact besar bagi kehidupan, sekian puluh tahun silam sesungguhnya sudah ada.

Contohnya, keputusan Presiden John.F. Kennedy pada 1962 untuk mendaratkan manusia di Bulan sebelum 1970, “We choose to go to the moon in this decade and do the other things not because they are easy, but because they are hard.” Contoh lain tindakan disruptive, di antaranya, keputusan Panglima Sudirman untuk memimpin perang gerilya merebut kemerdekaan Indonesia, menolak berunding dengan penjajah.

Perilaku kepemimpinan yang disruptive pada galibnya sebuah kebutuhan untuk perubahan menuju yang lebih baik – memang sering tidak nyaman. Lazimnya keputusan tersebut dapat terlaksana dengan baik karena dipertimbangkan mendalam dari pelbagai perspektif dan didukung stakeholders.

Start up? Perusahaan rintisan selalu bermunculan pada setiap zaman, di pelbagai sudut dunia. Bedanya, dengan dukungan teknologi dan keberanian eksplorasi dan eksperimen pelbagai model bisnis, belakangan ini perusahaan rintisan berpeluang tumbuh secara eksponensial – hitungannya bukan lagi tumbuh berapa puluh persen setahun, tapi berapa puluh kali lipat.

Tapi para pengelolanya tetap manusia yang hidup di Bumi, dengan segala flaws mereka, utamanya saat berinteraksi dengan manusia lain, apakah itu tim, pelanggan, pemegang saham, atau stakeholders.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article