Rabu, April 24, 2024

Pejuang suci

Must read

Tak seorang lelaki mampu mengunggulinya, tidak dengan bajak tak pun dengan pedang.

Di kesunyian kebunnya di satu siang, ia mendengar suara-suara. Malaikat-malaikat dan santo-santo berbicara kepadanya, Santo Mikael, Santa Margaret, Santa Katarina, dan bahkan suara tertinggi di langit:

“Tak seorang pun di dunia dapat memerdekakan kerajaan Prancis. Kecuali engkau. Dan di mana-mana ia mengulangi pesan itu, dengan selalu menyebut sumbernya: Tuhan mengatakannya kepadaku.”

Maka gadis petani tak sekolah ini, terlahir untuk memanen anak, justru memimpin pasukan besar yang sambil jalan terus membesar.

Anak dara pejuang, perawan karena mandat Ilahi atau karena lelaki takut kepadanya, terus merangsek dari satu pertempuran ke berikutnya.

Dengan tombak di tangan, dari punggung kudanya menerjang serdadu Inggris, ia tak terkalahkan. Sampai akhirnya ia kalah.

Inggris menawannya dan memutuskan menyerahkan ke Prancis untuk menangani perempuan gila itu.

Ia bertempur untuk Prancis atas nama Tuhan dan rajanya, tetapi pesuruh Tuhan dan raja mengirimnya ke tiang pembakaran.

Dengan kepala digunduli, dirantai, ia tidak didampingi pembela hukum. Oara hakim, jaksa, para ahli dari Inkuisisi, uskup, kepala biara, ahli aturan gereja, dan para saksi semua setuju dengan para terpelajar dari Universitas Sorbonne, yang menetapkan bahwa terdakwa adalah pemecahbelah, murtad, pembohong, dicurigai bidaah, sesat iman, menghina Tuhan dan para orang suci.

Umurnya sembilan belas ketika ia diikat ke kayu pembakaran di alun-alun pasar Rouen dan saat algojo menyulutkan api.

Belakangan, negeri dan gereja yang membakarnya berubah pikiran. Sekarang Jeanne d’Arc adalah pahlawan dan santa, simbol Prancis, lencana Kristiani.

Eduardo Galeano

“Mirrors”

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article