Kamis, Maret 28, 2024

Serius tangani serangan siber, pemerintah bentuk BSSN

Must read

Satu lagi citra negatif dilekatkan pada dunia digital Indonesia. Setelah tempo hari Microsoft menyematkan julukan warganet Indonesia sebagai warganet paling tak sopan se-Asia Pasifik, kini sebuah asosiasi keamanan siber dunia, Comparitech — dikutip kumparan.com — belum lama menyebut Indonesia masuk daftar 20 siber paling buruk.

”Data tersebut tidak keliru, karena mengacu laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) tahun 2019. Sepanjang 2019 saja kita mengalami 290 juta kali serangan dengan beragam bentuk, baik itu kebocoran data, phising, ambil data pribadi atau perusahaan, virus malware dan sebagainya, hingga menimbulkan kerugian Rp 232 miliar. Itu kenaikan 29 persen dari tahun sebelumnya, dan kabarnya belum menurun di masa pandemi, malah ada kecenderungan naik,” papar Gilang Ramado, Founder dan CEO CV Tripsona Indonesia saat mengawali webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Semarang, 25 Juni lalu.

Dalam webinar yang konsen membahas topik “Menjadi Pengguna Internet yang Aman“, Gilang tidak tampil sendiri. Dipandu moderator Tomy Romahorbo, hadir pula pemateri lainnya secara daring: Zulfan Arif, seorang content writer; Rheza Radyan Pranshtiko, fasilitator Kaizen Room; Ryan Sugiarto, dosen Universitas Sarjana Wiyata Taman Siswa, ketua Yayasan Inovasi Desa; dan Ayonk, musisi yang berperan sebagai key opinion leader.

Gilang Ramado menambahkan, pemerintah sejatinya sudah lama serius mencegah serangan siber tersebut, baik secara global maupun nasional. Keseriusan pemerintah antara lain tampak dari pembentukan Badan Siber Sandi Negara (BSSN). Kepolisian RI juga membentuk polisi siber untuk melakukan patroli siber di dunia maya. “Sebab, pada 2020 saja kerugian yang ditimbulkan di dalam negeri sudah Rp 49,9 miliar dengan 1.600-an aduan korban penipuan siber di patrolisiber.id.

“Kalau kita, amit-amit, jadi korban, bisa melapor online ke sana dan akan direspon segera. Pemerintah bahkan juga membentuk SKSN (Strategi Keamanan Siber Nasional), sistem keamanan yang menjaga sistem keamanan digital dan penegakan hukumnya kalau terjadi pelanggaran dan korban kejahatan, sistem dan lembaga penegak hukumnya sudah komplet dibuat,” tambah Gilang .

Selain upaya yang dilakukan pemerintah, menurut Gilang, ada yang penting diketahui dan ditingkatkan oleh para pengguna internet. Yakni, bagaimana kita mesti ‘aware’ menjaga data dan perangkat digital kita secara mandiri dengan aplikasi yang sudah banyak tersedia.

“Kalau bukan kita sendiri yang mencegah, siapa lagi? Misalnya, cek sendiri apakah perangkat dan data kita bocor atau tidak dengan aplikasi di Google Schooler atau aplikasi seperti periksadata.com. Kita bisa cepat tahu update data kita aman atau ada gangguan virus atau serangan malware, virus yang merusak dan mengambil data untuk suatu tindak kejahatan,” pesan Gilang.

Sementara itu, Reza Radyan dari Kaizen Room mengatakan, yang penting buat kaum milenia — generasi yang lebih mudah memahami aplikasi — jangan pelit berbagi pengalaman. Jangan capek mau membagikan pengalaman dan mengajari praktik aplikasi keamanan data bagi kalangan sekitar. Ihwal pentingnya beragam aplikasi itu agar bisa ikut mengamankan data pribadi, orangtua, dan lingkungan yang belum cakap untuk belajar bersama dan tidak jadi korban serangan.

“Jangan malas mengajari warga sekitar Anda, agar teman-teman milenia lebih bisa memberdayakan lingkungan sosialnya,” tutur Reza Radyan berbagi saran.

Reza mencontohkan, semisal melatih cara penerapan Two Factors Authentification dengan cara mengunduh aplikasinya di Google Authenticator, lalu ikuti petunjuknya. “Hal itu buat milenia mudah, tapi buat orangtua terasa ribet. Mari saling kolaborasi dan berbagi agar semuanya bisa saling menyelamatkan dari serangan penjahat siber,” pesan Reza, serius.

Mengapa semua mesti diselamatkan dari serangan siber? Zulfan Arif mengurai jawaban. Kata dia, kalau semua sudah aman dari serangan siber, maka tinggal memaksimalkan peluangnya. Bukankah di dunia digital kita bisa berburu peluang, mencari rezeki, duit halal di sana? Di samping, tentu saja, wawasan ilmu pengetahuan yang lebih luas.

“Banyak cara mencetak peluang rezeki yang diajarkan di Youtube, dan bisa kita praktikkan untuk berburu rezeki. Wawasan ilmu multidisiplin juga tak terbatas, lintas benua dan bahasa. Jadi, mari akses internet dengan cara positif. Kalau sudah aman perangkat dan datanya, mari kita serbu dunia maya secara positif untuk bersaing sehat menangkap peluang rezeki di sana,” ujar Zulfan, dengan nada optimistis.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article