Selasa, April 16, 2024

Temu Seni, 14 musisi muda pentaskan komposisi apik hasil kolaborasi di Papua

Must read

Siksa Kubur

  • Temu Seni gelar sarasehan hadirkan Prof. Dr. Djohan berbagi pengetahuan musik ke musisi muda di Alyakha Art Center Danau Sentani
  • Tokoh masyarakat kampung Puai kenalkan sejarah dan seni budaya sentani, apresiasi penampilan musisi muda peserta temu seni

Sebanyak 14 musisi muda peserta ajang Temu Seni Musik di Papua di mana di antaranya adalah 4 musisi muda Papua tampil begitu apik, memukau dan kompak menampilkan komposisi musik kontemporer garapan kelompok dipentaskan di tengah masyarakat dan keindahan panorama alam kampung Puai di tepi Danau Sentani. 

Selama 5 hari berkreasi dalam sesi Laboratorium dan Diskusi, mereka yang saling memiliki latar belakang genre musik berbeda dan mendapatkan arahan dan bimbingan dari fasilitator dan budayawan Sutanto dan etnomusikolog Joko Suranto berkolaborasi menggarap komposisi musik dalam kelompok.

Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi melalui Direktorat Perfilman, Musik, dan Media, Direktorat Jenderal Kebudayaan menggelar Temu Seni yang berlangsung di kota Jayapura, Papua 11 hingga 17 Juli 2022.

Para seniman muda itu hadir di kota Jayapura untuk turut serta dalam sebuah ajang silaturahmi, apresiasi dan jejaring musik sekaligus memperkenalkan Indonesia Bertutur 2022 di daerah cagar budaya di Indonesia. 

Dosen dan etnomusikolog sekaligus fasilitator dalam ajang Temu Seni, Joko Suranto Gombloh menyampaikan, “Ini adalah working progress. Komposisi-komposisi yang dipentaskan siang ini di tepi Danau Sentani yang elok ini saya kira memang wujud dari pemahaman berkarya, melaksanakan riset dan memformulasikan temuan-temuan di lapangan dan berbagai referensi dengan baik selama menjalani ajang ini di Jayapura, Papua.”

“Sebagaimana adanya suatu working progress, maka apa yang dipentaskan ini saya yakini masih akan terus berproses, bukan sesuatu yang final, terbuka untuk dikembangkan.”

Sementara itu, seniman dan budayawan, Sutanto menjelaskan bahwa Temu Seni adalah sebuah perhelatan yang patut disyukuri telah mewujud dan dihelat di bumi Papua. Siapa yang tidak jatuh cinta dengan Papua, di mana nyanyian dan tarian dibawakan dengan semangat kesukacitaan dan positivitas yang demikian kuat dirasakan.

Inilah momen peleburan yang begitu apik, semangat keberagaman yang kaya berkumpul menjadi satu mewujud dalam kebahagiaan, kejujuran dan kemurnian. Eksistensi utama dari ajang ini adalah momen mereka bersama bermusik dan ajang Temu Seni ini adalah sebuah “pancingan” untuk kreativitas komposer muda.

Narasumber ajang Temu Seni, Prof. Dr. Djohan, menyampaikan, “Komposisi-komposisi yang sangat menarik sudah dihadirkan oleh musisi-musisi muda Temu Seni, digagas hanya dalam waktu yang begitu singkat, mereka bertemu, berdiskusi dan berkolaborasi. Saya percaya bila mereka menggubah dalam kesempatan yang lebih panjang waktunya, komposisi-komposisi ini akan jadi kreasi dalam bentuk yang jauh lebih baik lagi.”

Sementara itu dalam sesi Sarasehan bertema Musik, Prof. Dr. Djohan, M.Si. menjelaskan bahwa musik hadir dari hasil pengalaman internal dimana unsur-unsur seperti tempo, timbre, dinamika dan pitch dan pengalaman eksternal ada serta kreasi suatu produk seni yang muncul dari pengalaman, penciptaan dan penelitian.   

Lebih jauh, Prof. Djohan memaparkan tentang metode penciptaan musik dalam konteks “sound behavior” Nusantara. Walau selama ini kita sudah familiar dan kompromi dengan terminologi komposisi yang nota bene berasal dari barat.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article