Indonesia membutuh marketer untuk memasarkan kehebatan bangsa kita, seperti halnya Joe Girard. Siapa dia?
Oleh Sabpri Piliang
indonesia butuh ”marketer” andal. ”Ketika penjualan terus tumbuh, saya menemukan kompetisi semakin berkurang. Saya menemukan diri sendirian, karena sudah terlalu jauh berada di depan semua orang. Saya senang berada di atas sendirian, walau terasa sunyi sekali.” Itulah hebatnya Joe Girard, wiraniaga (salesman) yang mampu menjual sebanyak 13.000 unit mobil secara eceran, sendirian dalam tempo 15 tahun (rata-rata hampir 900 unit per tahun).
Girard semakin teruji, ketika embargo ”crude oil” OPEC terhadap Barat (1973-1974), di mana mobil tidak memiliki arti sama sekali. Semua ”salesman” mobil di AS terkapar. Berjatuhan seperti lalat. Namun, apa yang dilakukan Girard? Dalam masa sulit, ia justru memperlihatkan prestasi paling cemerlang dengan menjual sebanyak 1.425 unit mobil (1973). Tak pelak, ”Guinness Book of World Record” mencapnya sebagai sosok manusia paling unggul dalam berjualan.
Banyak orang pintar, di dalam negara atau korporasi yang memiliki kemampuan mumpuni seperti halnya Joe Girard. Sosok ”marketer” ini, pandai betul membaca peluang pasar. Di saat semua frustrasi dan menutup toko (gerai) karena tak ada ”crude oil”, Girard justru berkeliling kota menemui pembeli. Ketika wiraniaga lain ”layu”, Girard malah memperoleh tahun penjualan terbaik keduanya, sebanyak 1.367 unit (1974).
Kreativitas, seperti disebut dalam buku ”Rules of Selling” yang ditulis Tonny Gibbs dan Joe Girard (2001), telah membawa Girard menjadi penjual paling hebat di dunia terhadap korporasi di mana ia bekerja. Andaikan saja, sosok seperti ini ada di Indonesia, boleh jadi bisa membantu memasarkan produk-produk domestik dalam ASEAN Economic Community (AEC/MEA).
Girard menjadi ”marketer” yang berkonsep dan terukur dalam berniaga. Pasar yang melambat, ia jawab dengan lebih banyak melakukan kontak ke pembeli. Dengan metode komunikasi intensif sebagaimana layaknya pedagang. Rendah hati, berjiwa menyenangkan, bagi Girard perasaan apa pun ia korbankan demi tercapainya target penjualan. Seorang menteri di negeri ini, harus mampu menjadi wiraniaga. Harus menjadi ”the best marketer”.
Sosok kreatif seperti halnya Joe Girard, memiliki ide orisinal dalam mengembangkan atau memajukan korporasi dengan menjadi wiraniaga andal. Penerus Mark Zuckerberg, tidak akan kreatif melahirkan hal yang sama seperti ia menciptakan konsep jejaring sosial. Penerus Larry Page atau Sergey Brin tidak akan membuat mesin pencari seperti yang telah ia ciptakan. Begitu juga dengan penerus Bill Gates, tidak akan membuat sistem operasi sejenis.
Rintisan orang-orang hebat di jagad raya ini, akan selalu menempel dengan sang pioner. Umumnya, itu dilakukan oleh manusia ulet. B.J. Habibie adalah satu-satunya teknokrat dan ahli aerodinamics yang jadi buah bibir masyarakat Indonesia. Sampai hari ini, sudah lebih dari empat dasawarsa, belum ada nama lain, kalau berbicara ikon orang pintar milik bangsa Indonesia.
Orang pintar akan terus lahir dari zaman ke zaman. Setiap masa, pasti memunculkan sosok hebat.
Memasuki era milenial dan digital, bangsa Indonesia sejatinya mampu menghadapi sejumlah tantangan berat. Ketertinggalan dalam daya saing di berbagai aspek: perdagangan, SDM, teknologi, patriotisme pengelolaan kekayaan negara, mesti dijawab dengan memberi kesempatan kepada sosok regenerasi bermental seperti Habibie, Bill Gates, Joe Girard. Cari ke pelosok-pelosok terpencil, adakah yang bermental inovatif untuk dijadikan ”marketer Indonesia”?
Indonesia sudah terlalu banyak memberi kesempatan orang-orang mubazir, yang tidak memiliki banyak manfaat untuk membangun negara ini secara bermartabat. Terlalu banyak sosok ”marketer” yang baik dan mumpuni, berada jauh di luar gelanggang. Ajak mereka, tanpa perlu mensyaratkan mesti ada cantolan politik, modal finansial, atau yang lebih pelik mesti ada di dalam sistem yang terkadang tidak selalu memberi kemaslahatan pada bangsa. Indonesia butuh marketer untuk memasarkan kehebatan bangsa kita, seperti halnya Joe Girard.
*) Sabpri Piliang adalah Wartawan Senior dan Dosen Tidak Tetap Universitas Ibnu Chaldun Jakarta.