Kamis, Desember 19, 2024

Arief Budiman di Mata Sang Istri

Must read

Akademisi yang Mencari Kebenaran

Kepergian sosiolog Arief Budiman meninggalkan duka mendalam bagi istrinya, Leila Ch. Budiman. Ia mengenang Arief sebagai seorang akademisi yang selalu mencari kebenaran dan sosok yang apa adanya.

Arief Budiman yang juga kakak dari aktivis Soe Hok Gie meninggal Kamis (23/4/2020) pukul 12.20 di Rumah Sakit Ken Saras Kabupaten Semarang. Dia menjalani perawatan sejak Sabtu (11/4/2020).

“Pak Arief itu selalu sederhana orangnya, enggak belok-belok. Luruslah. Ada keinganan kuat, will power yang besar sekali,” kenang Leila usai pemakaman Arief Budiman di Makam Bancaan Salatiga.

Menurut Leila, di saat sakitnya, Arief tidak pernah mengeluh. Bahkan dia berusaha untuk melakukan hal-hal yang tak bisa dilakukan seperti berjalan keliling meja.

“Dokter yang merawat itu bilang, kalau ventilator diangkat Pak Arief akan berhenti napasnya. Dan kita tidak boleh dekat-dekat, hanya bisa lihat dari jauh. Tapi saat diangkat itu, baru boleh dekat. Pak Arief happy, bilangnya gak usah sedih,” papar Leila.

Saat itu dia juga kaget karena Arief Budiman bisa bernapas lancar.

“Tensinya juga normal, dari 190 jadi 105, ini kan aneh. Tapi sangat happy dan ada keinginan kuat. Pak Arief akhir-akhir ini juga relijius,” imbuhnya.

Leila mengatakan, pada saat dibawa ke rumah sakit, kondisi Arief sudah lemas. Padahal biasanya kaku karena penyakit parkinson yang dideritanya. “Bilanya itu sudah stroke, karena lemas sekali,” jelasnya.

Pada saat-saat terakhirnya, Arief Budiman senang menyanyikan lagu-lagu nasional seperti Indonesia Raya dan Indonesia Pusaka, bersama perawatnya yang bernama Wawan Surawan.

Wawan mengungkapkan, Arief Budiman dilarang beraktivitas berat sejak pulang dari mengajar Australia ke Salatiga.

“Itu paling jalan-jalan, kondisinya juga cukup baik. Kalau keluar pakai sopir, aktivitas hanya di rumah, keluar kota hanya ke Yogya. Untuk mengajar, sudah lama istirahat,” paparnya.

Hal ini karena sakit yang diderita Arief Budiman adalah parkinson jenis kaku.

“Kakinya sebagian kaku, kaku sekali yang kiri. Nulisnya juga sudah tidak, sudah tidak mau mikir yang berat-berat. Paling kalau cerita sedikit-sedikit,” ungkapnya.

Sementara Rektor Universitas Kristen Satya Wacana (UKSW) Salatiga, Neil Rupidara, menilai Arief Budiman lebih dari seorang akademisi.

“Beliau mempunyai reputasi nasional dan juga sangat dihormati dan dihargai di tingkat internasional. Kajiannya tentangIndonesia, pemikiran-pemikiran beliau diterima secara luas, di dalam dan di luar negeri. Pemikiran beliau juga bisa diterima di Australia, di Melbourne University tempat beliau mengabdi setelah dari UKSW,” papar Neil.

Sumber: KOMPAS, 23 April 2020

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article