Oleh Siti Aisah, peserta Health Fellowship Tempo yang didukung oleh Facebook.
Melonjaknya kasus Covid-19 di India tengah menjadi sorotan dunia. Pada 27 April 2021, dalam tempo 24 jam, tercatat 346.786 kasus baru positif Covid-19 dengan 2.624 kematian.
Berkaca pada “tsunami Covid-19” yang menerjang India ini, beberapa ahli kesehatan memprediksi Indonesia berpotensi menghadapi kondisi serupa.
Beberapa faktor, seperti lambatnya vaksinasi Covid-19, libur Hari Raya Idul Fitri, hingga rencana dimulainya sekolah tatap muka pada Juli mendatang, memperkuat kekhawatiran tersebut.
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), kombinasi antara pertemuan massal, tingkat vaksinasi yang rendah, dan varian baru virus Corona yang lebih menular menyebabkan gelombang kedua pandemi Covid-19 di India.
Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, pada 27 April 2021, memperingatkan bahwa mutasi virus Corona bukan satu-satunya penyebab “tsunami Covid-19” di India.
Menurut dia, perilaku berpuas diri juga berperan mendorong ambruknya sistem perawatan kesehatan di negara itu.
Gagandeep Kang, ahli virologi dari Christian Medical College, India, berkata, “Virus mungkin masuk ke populasi yang sebelumnya dapat melindungi diri mereka.”
Ini bisa mencakup komunitas perkotaan yang lebih kaya, di mana mereka mengisolasi diri selama gelombang I, tapi mulai berbaur pada gelombang II. Srinath Reddy, Kepala Yayasan Kesehatan Masyarakat India, berpendapat bahwa kelengahan masyarakat merupakan pendorong besar penularan Covid.
“Pandemi muncul kembali dalam masyarakat yang sepenuhnya terbuka, di mana orang-orang berbaur,” katanya.
Ahli epidemiologi Universitas Indonesia, Pandu Riono, memprediksi DKI Jakarta dan wilayah lainnya berpotensi mengalami situasi seperti di India, ditunjukkan dengan peningkatan kasus Covid-19 yang cukup tajam.
“Karena sekarang mobilitas warga tinggi selama Ramadan, apalagi juga menghadapi mudik Lebaran,” katanya.
Menurut Pandu, risiko penularan Covid-19 semakin tinggi karena tingkat vaksinasi di Indonesia masih rendah. Belum lagi kepatuhan warga yang semakin berkurang untuk menerapkan protokol kesehatan.
Hal serupa diutarakan pendiri Kawal Covid-19, Elina Ciptadi. Lonjakan kasus, kata dia, selalu didahului dengan masa tenang semu, di mana terjadi penurunan kasus.
Kini, masa itu sedang terjadi di Indonesia. Akan tetapi beberapa kegiatan dalam waktu dekatberpotensi menjadi sumber ledakan Covid-19. Kegiatan-kegiatan tersebut di antaranya: Lebaran, libur kenaikan kelas, dan rencana pembukaan sekolah.
“Ini semuanya sangat mengkhawatirkan jika berkaca dari pengalaman sebelumnya,” kata Elina.
Pemerintah bersama Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkominda) berkomitmen membatasi pergerakan orang untuk mencegah penularan antar negara dan antar daerah. Pada skala nasional pemerintah telah melarang mudik melalui Surat Edaran Nomor 13 Tahun 2021 berikut adendumnya.
Menyusul krisis Covid-19 di India, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan khusus untuk menolak masuknya Warga Negara Asing (WNA) yang memiliki riwayat perjalanan 14 hari terakhir dari India dan penangguhan sementara pemberian visa bagi WNA asal India.
Terkait rencana pembukaan sekolah pada Juli 2021, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) pada 27 April 2021 menyatakan mereka telah mengkaji perkembangan pandemi Covid-19 dan belum merekomendasikan sekolah tatap muka.
Kasus Covid-19 yang kembali meningkat, penemuan varian baru virus Corona sejak Maret 2021, serta cakupan vaksinasi Covid-19 yang belum mencapai target merupakan beberapa indikator yang dikaji oleh IDAI.