Jumat, Desember 27, 2024

Top! Mafia alutsista dibongkar Jokowi lewat Connie

Must read

Publik senang. Nonton tonil Connie Rahakundini. Dia jadi pahlawan. Bikin kabar tentang Mr. M. Bukan Mr. P. Ketika didesak identitas Mr. M, dia lempar ke KPK. Sebar hoaks. Connie sebenarnya tak puas ke Jokowi. Ingin mendepak Menhan Prabowo.

Connie tak paham. Usia peralatan militer 30-40 tahun. Maka ada Renstra. Pembelian harus jangka panjang. Perlu 5-6 tahun untuk bikin roket, peluru kendali, meriam, tank, pesawat, kapal selam, fregat, termasuk peluru.

Beli Alutsista bukan kayak beli permen di minimarket 212 favorit Connie. Connie juga tak paham KRI Irian yang dibeli pada 1962, baru lunas dibayar pada 1985. Wajar sampai 2045 Indonesia perlu Rp1,700 triliun. Harusnya sekitar Rp3,400 triliun, kalau mau menjadi urutan ke-10 kekuatan dunia.

Siapa Connie? Berani menantang. Tak takut. Bahkan jenderal sekalipun. Malah Djaja Suparman bertekuk lutut, menikah dengan Connie. Punya satu anak. Connie ditendang oleh Djaja. Di 2014, Djaja Suparman dibui 4 tahun karena nilep Rp13,3 miliar tahun 1998. Connie pasti tahu ke mana itu duit hilang, sebagai pengamat pertahanan, sekaligus bekas bini Djaja Suparman.

Connie pelihara buzzer pada 2018, lewat banyak akun Twitter. Promosi Inhantanas. Dan, Connie adalah pengurus Inhatanas. Perhimpunan para pengusaha calo, agen, pabrik, di bidang alutsista. Makanya Bambang Soesatyo bilang 80% saat zaman kejayaan Connie ini persenjataan diimpor, Rabu (21/2/2018). Hanya ganti merek. Jokowi dikibuli.

Pada 7 Maret 2018 Yayasan Dhirotsaha77 nge-twit: Inhantanas Mampu Mendukung Pemerintah Mewujudkan Industri Pertahanan Yang Mandiri dan Go-International. Tanggal yang sama: Connie Rahakundini: Industri Pertahanan Swasta Dalam Negeri Harus Ditempatkan Sejajar BUMN http://ht.ly/MHY530iNBKt #inhantanas.

Perhatikan. Connie pada 2018 masih positif berteriak Inhantanas top, hebat. Dia merasa di atas angin. Karena dia di jantung kekuasaan pemasok alutsista. Dia minta industri pertahanan swasta disejajarkan dengan BUMN. Keblinger bin ngawur.

Hilang kekuasaan di Kemenhan, Connie berteriak tak karuan sekarang. Dulu dia diam. Karena dia bermain dengan para mafia. Zaman Ryamizard, zaman Wiranto, zaman Purnomo Yusgiantoro. Lama banget bergandengan dengan Bunda Putri. Pantas ngamuk hilang segala akses ke industri pertahanan. Titik.

Connie bingung. Linglung. Anggota Inhantanas bayar iuran, investasi, masukin duit, bayar ijon investasi, bayar dako mungkin, iuran anggota perusahaan. Mereka teriak ke Connie. Kepojok.

Mau cerita sebenarnya? Prabowo diperintah Presiden Jokowi. Tidak ada visi menteri. Yang ada visi Presiden. Prabowo jadi Menhan bukan sekadar rekonsiliasi politik. Bukan. Soal nasionalisme: NKRI.

Nah, Jokowi selama ini – karena dia sipil – tidak berkutik soal persenjataan. Dibegoin. Ya tadi sampai 80% alutsista impor. Perlu orang yang bisa membuat terobosan. Jokowi ingin agar pembelian senjata dilakukan secara G to G (pemerintah ke pemerintah), bukan pemerintah dengan swasta (seperti zaman kekuasan mafia Inhantanas Connie).

Jokowi yakin Prabowo mampu memodernisasi alutsista TNI. Karena lobi internasional Prabowo hebat. Dibikin Renstra. Karena anggaran alutsista cuma US $ 5 miliar per tahun, tak cukup untuk beli alutsista. Jokowi tidak mau mengulangi kesalahan masa lalu. Indonesia membeli alutsista secara ketengan: kayak beli kerupuk. Satu. Dua bungkus. Tidak ada alih tekonologi.

Karena G to G, dibentuklah PT TMI, sekaligus menyingkirkan gerombolan penguasa alutsista lama. Inhantanas nahas. Bubar jalan digusur PT TMI. Marahlah Connie dan proxy-nya. Dia hanya jongos.

Dan, di PT TMI ada beberapa Confidants Prabowo, seperti Glenny Kairupan. Nah, anggota perusahaan seperti PT Pindad, PT PAL, dan sebagainya.

Musykil Prabowo membawa geng mafia. Apalagi Connie bukan Confidante Prabowo. Tapi Confidante gerombolan penguasa alutsista era Wiranto, Ryamizad Ryacudu, dan Purnomo Yusgiantoro.

Apa salahnya dengan PT TMI? Connie berpura tak paham. Politik adalah alat untuk mencari kekuasaan. Masak Prabowo berkuasa di Kemenhan mengangkat Connie? Yang dikejar anggota Inhantanas? Emohlah Prabowo.

Motif Connie bukan untuk NKRI. Untuk perut Connie dan geng Intahanas. Yang melanggengkan pengadaan alutsista tanpa perencanaan: beli ketengan biasanya. Ngibulin Jokowi.

Connie kesal. Prabowo membawa pulang banyak diaspora. Hasil didikan Habibie. Contoh. Kaharuddin Djenod dulu bekerja di Jepang. Di Shin-Kurushima Dockyard Co. Ltd., Chemical Tanker Shipyard terbesar di dunia. Kerja Kaharuddin pas: Ship Designer alias pendesain kapal, dan Optimatization System Developer, pengembang sistem optimasi kapal.

Ada contoh kisah tragis pengadaan alutsista. Yang akhirnya Negara hanya membayar, tanpa hasil. Kacau.

Ada slot orbit satelit 123 lepas kalau tidak diisi. Yang punya gawe Keminfo. Kemenhan diminta membuat kontrak, untuk peminjaman setelit sementara.

Avianti CGP menaruh satelit sementara di orbit tersebut. Tapi anggaran tak ada. Gagal bayar. Padahal tahun 2016-2017 dianggarkan Rp1,3 triliun.

Kemenhan kalah di pengadilan arbitrase London Courts of International Arbitration lawan Avanti Communications Group Plc. Terkait pemakaian satelit floater di slot orbit 123 BT. Kemenhan harus merogoh US$20,075 juta untuk membayar Avanti atas sewa satelit ARTEMIS-nya.

Connie? Diam. Gilanya, ada kontrak pengadaan satelit melibatkan beberapa kontraktor, tak dibayar. Lalu dipindahkan, Bondan mengurusi adanya PT DNK milik Surya Witoelar, setelah deal, mereka tidak akan menuntut asal mau membayar US $3 juta dengan cicilan. Tak dibayar. Di Arbitrase, Kemenhan kalah juga. Bayar lagi.

Connie juga diam. Ada hibah kapal terbang Hercules rongsokan dari Aussie. Kontrak menysaratkan ada rekondisi terhadap empat Hercules itu. Agar serviceable.

Uang ada. Tiba-tiba SBY minta beli pesawat F-16, zaman Inhantanas. Ada 3 pesawat sudah selesai direkondisi, dikirim ke Indonesia. Australia meminta duit. Aturannya, jika minta duit lagi dilakukan pemeriksaan oleh BPKP. Ada temuan ongkos angkut pesawat sampai kelebihan 4 juta dollar Australia.

Prabowo masuk. Prabowo meminta Kemenhan menghitung ulang, ternyata Australia mengerjakan pekerjaan yang melebih-lebihkan, sampai nilai 7 juta dollar Australia. Prabowo meminta pesawat itu dikembalikan ke Indonesia. Tak perlu membayar.

Ketika Purnomo Yusgiantoro berkuasa, kegilaan tentang pengadaan alutsista terjadi. Demikian pula masa selanjutnya. Karena tidak ada yang berani melawan gerombolan seperti Inhantanas.

Tak banyak yang paham. Jokowi yang sipil memahami kebutuhan Alutsista. Indonesia bagian dari pusat pusaran irisan geopolitik kepentingan Amerika Serikat dan China di Asia Pasifik. Laut China Selatan menjadi titik kepentingan berbagai bangsa.

Connie suka ngawur. Dia nyebut YKPP yang sudah dibubarkan. Kini berganti menjadi Yayasan Pengembangan Potensi Sumber Daya Pertahanan (YPPSDP). PT TMI ini memang dibentuk oleh Prabowo untuk mengawasi proses pengadaan alutsista yang selama ini tidak menjadikan Indonesia mandiri, terus membeli, tidak pernah terjadi alih teknologi di bidang persenjataan.

Prabowo mengumpulkan 20 tenaga ahli di berbagai bidang yang pernah dikirimkan oleh Habibie, untuk mengembangkan industri-industri strategis.

Connie tak termasuk ahli sama sekali, hanya penyebar hoaks. Perhimpunan Inhantanas Connie isinya para pemegang kertas dari principle perusahaan luar negeri alias calo.

Nilai Rp1,700 triliun untuk masa 40 tahun ke depan adalah uang kecil. Dan, cicilan itu dibayarkan hanya per US$ 5 miliar per tahun. Tidak ada penambahan anggaran APBN. Connie berteriak kesetanan?

Ya karena priuk nasinya hilang dihajar visi Presiden Jokowi tentang pengadaan alutsista: ada alih teknologi. Calo seperti Connie dkk gigit jari. Paham sodare-sodare? (Ninoy Karundeng).

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article