Teknologi di era digital dan globalisasi telah mengalami kemajuan yang pesat. Tantangan dakwah di masa digital pun penuh dinamika. Di era digital, dakwah Islam tidak bebas dari berbagai kendala dan tantangan yang dihadapinya.
Webinar Program Gerakan Nasional Literasi Digital di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah, mengangkat tema “Dakwah Agama di Dunia Maya”. Sebanyak 207 peserta aktif mengikuti webinar yang diselenggarakan Kementerian Kominfo dan Debindo, Rabu (9/6/2021).
Dipandu moderator Nindy Gita, Abdul Halim dosen IAIN Surakarta mengawali webinar dengan presentasinya. Berkat kecanggihan teknologi, dakwah bisa lebih dinamis namun salah satu tantangan berdakwah yang dihadapi saat ini adalah masalah penguasaan teknologi digital. Baik dalam bentuk media sosial maupun lainnya. “Masalahnya, belum tentu para pendakwah mampu menguasai teknologi digital atau justru sebaliknya,” katanya.
Di era digital, beragam media dakwah pun berkembang. “Metode dakwah yang dulunya konvensional kini bisa melalui artikel ringan yang merespons problem sosial keagamaan atau kisah inspiratif, meme quote dari tokoh dai yang moderat, infografis ibadah-ibadah dan konten video pendek di kanal YouTube,” tuturnya.
Apa saja yang perlu dihindari dalam berdakwah, Abdul Halim merinci di antaranya: menyebarkan informasi hoaks, SARA, isu-isu kontroversial, perundungan, provokasi, menyinggung lembaga tertentu, tafsir tunggal, melabeli kafir, munafik, dan ujaran kebencian.
Meskipun demikian, dakwah yang disampaikan para ulama diharapkan tetap mengakomodasi budaya lokal yang sudah ada. Ia mencontohkan, di beberapa kasus dakwah yang disampaikan Nabi Muhammad SAW mengakomodir budaya kaum anshor ini juga salah satu upaya untuk menangkal radikalisme agama yang marak belakangan ini.
”Dakwah Rasul didasari dengan sikap welas asih, seorang pendakwah diharapkan menjadi problem solver. Jika ada pendakwah yang menimbulkan kegaduhan maka patut dipertanyakan,” paparnya.
Sementara Arif Rahman Hidayat narasumber kedua webinar menilai, dakwah yang dilakukan ulama tidak hanya berkaitan dengan profesi, tapi dakwah menjadi bagian penting dalam kehidupan bernegara dan beragama. “Negara mengakui adanya Tuhan sebagaimana naskah proklamasi, dan sudah dituangkan dalam UUD 1945,” katanya.
Arif menambahkan, dakwah harus mempunyai niat baik, cara menyampaikan yang baik, harapan dan hasil yang baik pula. “Caranya bisa melalui pendekatan dengan pengelola media atau dengan membuat media dakwah sendiri,” imbuhnya.
Dalam konteks hubungan antarumat beragama, perlu adanya toleransi dalam menyampaikan dakwah. Riston Batuara ikut menyampaikan perlunya menghilangkan narasi kebencian dalam menyampaikan agama dan perlunya dialog dua arah.
Webinar di Karanganyar diisi 4 narasumber. Selain Abdul Halim, Arif Rahman Hidayat yang dosen di Universitas Semarang dan Riston Batuara, dosen Islamologi STT AIMI Surakarta, webinar diisi oleh Khililul Rohman Ketua Asosiasi Pengasuh Pesantren Digital dan Key Opinion Leader Mohwid.
Selain di Kabupaten Karanganyar Kementerian Kominfo RI akan menyelenggarakan berbagai kegiatan webinar literasi digital di seluruh kabupaten/kota di 34 provinsi Indonesia selama periode Mei hingga Desember 2021. Kegiatan ini bertujuan mendukung percepatan transformasi digital agar masyarakat semakin cakap digital dalam memanfaatkan internet untuk menunjang kemajuan bangsa.