Jumat, Desember 27, 2024

Jaga data digitalmu, siapa tahu itu kunci suksesmu

Must read

Dalam beberapa kesempatan, Presiden Joko Widodo sering menyampaikan pesan bahwa pada masa depan ”data is oil”. Bahkan, dalam banyak peluang, ke depan data bakal lebih berharga dari minyak. Data is the new oil. Untuk itu, amat penting bagi masyarakat pengguna internet untuk lebih berhati-hati dan tidak mudah mengobral data utamanya di media sosial.

Sebab, niat produktif dan kreatif kita bermedsos dengan beragam aplikasi mestinya adalah untuk meningkatkan kualitas sosial dan kemajuan bisnis. Bukan sebaliknya, menjadi korban penipuan gegara salah input data. ”Kuncinya adalah jaga data digitalmu, karena dari sana salah satu kunci suksesmu,” pesan Sigit Widodo, Ketua Dewan Pembina Internet Developer Institute, saat tampil dalam webinar literasi digital yang digelar Kementerian Kominfo untuk warga Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, 23 Juni lalu.

Webinar bertajuk ”Mengenal Pengaturan Proteksi Data pada Era Digital” yang dipandu moderator Tomy Romaharbo itu juga menghadirkan pembicara cakap lainnya, yakni: Jota Eko Hapsoro (CEO Jogjania.com), Iqbal Aji Daryono (kolumnis, penulis), Mustolih (dosen UMNU Stain Kebumen), dan Miss Earth Indonesia 2019 Chyntia Kairani selaku key opinion leader.

Sigit Widodo menambahkan, kini semakin kuat kenyataan kalau ”data is oil” yang ditengarai Presiden Jokowi semakin nyata bukan hanya dalam skala Mark Zuckenberg dengan big data, baik di Facebook, Istagram maupun WhatApps yang membuatnya menjadi penguasa dunia. Di Indonesia, seiring dengan berlangsungnya kolaborasi Gojek dan Tokopedia menjadi GOTO, maka di platform baru itu big data terlengkap tentang dunia UMKM dan kuliner Indonesia juga mereka kuasai.

”Yang menjadi penting dipahami bukan lagi aturan dan tata krama bagaimana kita menjaga data digital. Tapi bagaimana agar kita tidak kena beragam jebakan digital dan menjadi korban penipuan serta pemerasan. Juga, beragam bentuk kejahatan digital yang dipicu oleh kecerobohan kita yang telah berbagi data digital secara keliru, agar tidak terulang dan memakan korban lain. Itu yang harus kita waspadai,” ujar Sigit, serius.

Dalam pantauan Iqbal Aji Daryono, kolumnis yang juga pengamat kejahatan internet, sering para netizen menganggap perilaku di jagat digital itu tidak berdampak nyata di dunia nyata. Padahal, kalau muncul tuntutan dan permintaan maaf, bahkan mungkin terjadi tuntutan hukum, maka sanksi penjaranya jelas bukan di dunia maya, melainkan di dunia nyata.

Jadi, Iqbal mewanti-wanti untuk berhati-hati dalam memanfaatkan medsos. Karena, ibarat hidup bertetangga, suasana hati komunitas medsos setiap hari berubah-ubah. ”Kalau suatu saat kita salah bikin konten dan diposting di medsos, maka apabila ada netizen yang tidak suka konten kita dan di-screen shoot lalu diadukan secara hukum berdasar bukti screen shoot, kita bisa punya masalah hukum yang berasal dari konten kita,” tuturnya.

Itu sebabnya, lanjut Iqbal Daryono, jaga betul data kita di beragam media. Kalau bisa, akses kita proteksi dengan double password yang kombinatif, dan yang penting jangan pakai password tanggal lahir atau sejenis yang mudah ditebak. ”Ganti password tiap beberapa bulan sekali, itu juga tips penting untuk menjaga kerahasiaan akses digital kita,” urai Iqbal Daryono.

Sebaliknya, lanjut Iqbal, buat pengguna internet yang jago menjaga data digital dan data bisnisnya, ia bisa memainkan datanya dengan cerdas dan efektif. ”Banyak lo teman-teman pedagang buku secara online yang omzetnya melesat dalam beberapa tahun, membuat toko buku konvensional tersaingi omzetnya. Kuncinya ada di bagaimana menjaga dan memainkan data itu,” ujar Iqbal.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article