Tantangan belajar daring di masa pandemi Covid-19, selain harus paham penggunaan teknologi dan menyajikan konten menarik, adalah turunnya motivasi dan meningkatnya stres oleh warga pendidikan. Itulah antara lain masalah yang dibahas dalam webinar literasi digital yang diselenggarakan oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika RI untuk masyarakat Kabupaten Purworejo, Jawa Tengah, Rabu (25/8/2021). Kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan nasional literasi digital yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo untuk mendukung percepatan transformasi digital.
Bersama praktisi komunikasi Anneke Liu sebagai moderator, diskusi virtual ini menghadirkan empat narasumber: Zainuddin Muda Z. Monggilo (dosen Universitas Gadjah Mada Yogyakarta), Ahmad Syaifulloh (dosen STAI Khozinul Ulum Blora), Nikma Turohmah (Ketua MKKS SMP Kabupaten Purworejo), dan Noviana Dewi (dosen STIKES Nasional Surakarta). Hadir pula kreator konten Dwi Apri yang hadir sebagai key opinion leader. Masing-masing narasumber menyampaikan materi diskusi dengan pendekatan empat pilar literasi digital, yang meliputi: digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety.
Nikma Turohmah menjelaskan dalam pemaparannya, pembelajaran daring menjadi cara baru dalam dunia pendidikan. Sehingga, membuat siswa harus menyesuaikan diri kembali dengan pola aktivitas pembelajaran yang berbeda. Dalam survei disebutkan, orangtua banyak yang mengaku kegiatan belajar di rumah membuat motivasi belajar anak menjadi menurun dari waktu ke waktu selama pandemi. Anak menjadi susah berkonsentrasi, mudah lelah, bingung, dan stres dengan rutinitas baru ini.
”Ada empat prinsip etika yang hendaknya ditanamkan kepada murid dalam pembelajaran daring. Yakni, kesadaran dalam mengakses, berinteraksi, berpartisipasi dan berkolaborasi saat menggunakan media digital. Memiliki integritas atau nilai kejujuran dalam menyediakan konten belajar. Memiliki rasa tanggung jawab bahwa segala sesuatu ada konsekuensinya. Serta prinsip kebajikan bahwa apa yang dibagikan itu merupakan hal-hal yang mengandung kebaikan,” ujar Nikma.
Dari empat prinsip itu, sebut Nikma, guru harus memberi layanan khusus dalam proses pembelajaran. Agar dalam menyampaikan materi siswa tidak merasa ketinggalan. Juga, memberikan materi pembelajaran dengan cara yang menyenangkan, menarik, dan interaktif untuk menjaga motivasi belajar siswa, dan kegiatan belajar tidak menimbulkan stres.
”Agar anak tidak stres karena menjalani segala aktivitas pembelajaran secara daring, orangtua dapat ikut terlibat dengan mengajak anak pada kegiatan-kegiatan di luar ruang digital. Memberikan ruang bagi anak untuk mengasah keahlian dan keterampilan. Misalnya, memasak bersama dan kegiatan lain yang melibatkan interaksi keluarga dan anak,” ujarnya.
Zainuddin Muda Z. Monggilo menambahkan, tri pusat pendidikan dalam pembelajaran daring tidak hanya dibebankan kepada sekolah, tetapi juga kepada keluarga dan masyarakat. Selain itu, kolaborasi ketiganya sangat penting agar anak tidak mudah stres. Dari sisi pendidik, mereka berperan sebagai teladan, pembimbing, sekaligus pendorong minat belajar anak. Sebab tantangan belajar di masa pandemi tidak hanya tekanan fisik saja yang bisa dialami tetapi juga tekanan mental.
”Siswa menjadi burn out dan online fatigue karena harus berhadapan dengan gawai, tugas yang banyak membuat siswa tidak maksimal memahami materi belajar. Selain itu, ekosistem belajar di rumah bisa jadi kurang kondusif,” jelas Zainuddin kepada 300-an peserta webinar.
Menjaga kesehatan anak yang harus berhadapan dengan gawai dan aktivitas virtualnya mengancam kesehatan mata, sehingga perlu diajarkan pada anak rumus 20-20-20. Yakni, memberi jeda dari melihat layar gawai setiap dua puluh menit sekali dengan melihat-lihat ke arah dua puluh kaki selama dua puluh detik. Pastikan postur tubuh saat duduk dalam posisi yang aman antara jarak mata dan layar gadget.
”Menjaga kesehatan mental peserta didik dengan mengelola emosi dengan baik, menemani dan mendampingi anak dalam proses pembelajaran dan menggunakan gadget, serta membangun interaksi dan komunikasi dengan anak,” tutup Zainuddin.