Tegal – Aplikasi percakapan menjadi salah satu garda terdepan terjadinya komunikasi daring, terlebih pada masa pandemi Covid-19. Komunikasi kini lebih banyak terjadi dalam jaringan, sehingga akses pada aplikasi percakapan sangat tinggi.
“Langkah-langkah yang dapat kita lakukan agar memahami penggunaannya secara baik adalah memahami makna simbol tersebut, agar tidak terjebak simbol emoticon atau emoji,” ungkap M Fatkhurohman, Pemred Radar Tegal, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, Kamis (29/7/2021).
Biasanya, kata dia, simbol-simbol tersebut bermakna ganda dan kadang kala lebih kompleks dari yang dipikirkan oleh penggunanya. Misalnya emoji tertawa sampai menangis. “Jika tidak awas, penerima bisa saja mengira kita sedang menangis,” kata dia.
Inilah pentingya memahami penggunaan makna simbol dengan mengaitkan pada budaya agar tidak salah memilih simbol. Selain itu, hindari pula penggunaan simbol yang berlebihan dalam percakapan karena dapat menimbulkan gangguan penerimaan pesan oleh lawan bicara.
Pada webinar bertema ”Komunikasi Publik yang Sehat di Era Digital” kali ini, dia menjelaskan aplikasi percakapan adalah penunjang komunikasi. Merujuk data Hootsuite & We Are Social pada Oktober 2020, aplikasi pesan terbesar masih dikuasai WhatsApp, disusul Facebook Messenger, WeChat, QQ, Snapchat dan Telegram.
Beberapa format pesan dalam aplikasi percakapan berupa tekstual, berbentuk tulisan atau teks yang dikirimkan ke penerima. Contohnya percakapan dengan aplikasi Google Messenger format panggilan suara, yakni berbicara langsung secara real time. Selain itu, format pesan suara juga bisa berupa voice note atau rekaman suara.
Pada WhatsApp format pesan dalam video call/conference call juga terjadi secara real time, namun dengan kelebihan fitur yang menampilkan dan melihat wujud lawan bicara yang ditangkap menggunakan kamera perangkat.
Narasumber lainnya, Dosen IBN Tegal, Syamsul Falah, menekankan pentingnya pemahaman Digital Safety sebagai panduan bagi individu agar dapat menjaga keselamatan dirinya di dunia digital.
Semakin tingginya aktivitas masyarakat dalam mengakses berbagai layanan di internet menjadi angin segar karena aktivitas ini dapat membuka peluang masyarakat untuk lebih berdaya. Namun di sisi lain tingginya aktivitas digital juga membuka potensi buruk.
Dipandu moderator Thommy Rumahorbo, webinar juga menghadirkan narasumber Aswad Ishak (Dosen Prodi Ilmu Komunikasi UMY & Ketua BPC Perhumas Yogyakarta), Aulia Putri Juniarto (Kaizen Room) dan Dibyo Primus (Seniman) selaku key opinion leader. (*)