Komputer atau gadget yang kita pakai memiliki dua komponen utama, yaitu: hardware dan software. Agar perangkat yang kita miliki bisa tersambung ke internet tentu kita membutuhkan sebuah jaringan internet. Dengan internet kita juga dapat terhubung ke orang lain yang terkoneksi internet. Namun, yang sering jadi pertanyaan, seberapa aman komputer kita ketika terhubung internet?
”Ancaman potensial di internet di antaranya spam, malware, spyware, dan phising,” kata dosen Manajemen FEB Universitas Ngurah Rai Denpasar I Gusti Putu Agung Widyagoca saat menjadi pembicara dalam webinar literasi digital bertema ”Memahami Pentingnya Menjaga Keamanan di Ruang Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Senin (6/8/2021).
Selain Widyagoca, diskusi virtual yang dipandu oleh moderator seorang penari tradisional Ayu Perwari itu, juga menghadirkan narasumber Agus Supriyo (founder jelajah.live), Suratman (Sekretaris Pengurus Karang Taruna Boyolali), Murniandhany Ayusari (penulis konten Jaring Pasar Nusantara), dan fashion influencer Virginia Obed selaku key opinion leader.
Widyagoca mengungkapkan, spam adalah email sampah yang datang bertubi-tubi dan terkadang ada yang disisipkan virus. Sedangkan malware, merupakan program yang berisi kode berbahaya, yaitu virus yang biasanya disebar melalui email dan situs. Selanjutnya spyware, yaitu program jahat yang bersembunyi di dalam komputer, yang mampu mencuri password dan username. Adapun phising, dikenal dengan penipuan online yang mencoba mengambil password, username, dan data penting.
”Kiat jitu menghindari spam: jangan merespon email yang dikirim dari orang tak dikenal; aktifkan fitur antispam pada layanan email; hindari memberi alamat email pribadi ke sembarang orang; jangan pernah membuka atau klik link situs yang mencurigakan; pasang software anti spam di komputer atau perangkat kita,” sebut Widyagoca.
Trik lain ialah mengantisipasi malware, di antaranya pastikan back up data secara rutin. Jangan membuka file attachment atau link dari sumber tak dikenal. Selalu melakukan scan antivirus sebelum buka file, selalu perbarui sistem keamanan komputer, browser dan antivirus, serta hapus semua pesan yang tidak dikenal.
Selanjutnya, lima jurus menangkis spyware masing-masing, selektif dalam men-download di internet, baca perjanjian lisensi sebelum menginstall software, waspadai iklan-iklan yang muncul di browser, lakukan scan komputer secara rutin, waspadai aksi penipuan anti-spyware, karena terkadang beberapa software anti-spyware malah berisi spyware.
Menutup paparannya, Widyagoca berpesan agar pengguna digital tidak asal-asalan meng-upload foto selfie. ”Jika harus mengunggah foto selfie di internet, beberapa hal yang perlu diperhatikan, yakni: hindari foto vulgar, perhatikan sekitar, siapa yang akan melihat, foto akan abadi, dan awasi foto selfie anak-anak,” pungkasnya.
Berikutnya, penulis konten Jaring Pasar Nusantara Murniandhany Ayusari mengatakan, kebiasaan orang Indonesia di era digital yaitu meliputi cek ponsel 5-10 menit sekali, suka aplikasi gratisan, suka belanja online dengan kupon gratisan, suka kredit online, dan suka bermain media sosial, seringkali melupakan pentingnya penerapan keamanan berdigital.
”Untuk itu penting membangun budaya digital untuk menciptakan keamanan di era digital saat ini dengan cara: partisipasi, remediasi, bricolage, yang dilakukan oleh semua pihak,” jelas Murni.
Menjaga keamanan di ruang digital, lanjut Murni, mesti didasari dengan sikap ’growth mindset’ dengan meninggalkan ’fixed mindset’. Artinya, menerapkan pola pikir terbuka terhadap sesuatu yang baru dan bermanfaat serta meninggalkan pola pikir lama yang out of date atau kurang memberi manfaat.
”5R untuk keamanan dan kenyamanan bersama di era digital, yakni right (hak), respect (penghormatan), responsibility (tanggung jawab), reasoning (berpikir kritis), resilience (ketangguhan),” sebut Murni mengakhiri paparan.