Jejak digital positif merupakan cikal-bakal ekosistem digital yang sehat. Hal itu menjadi pemantik diskusi yang dipaparkan jurnalis Nabil Basalamah saat menjadi pembicara webinar literasi digital bertema “Menjadi Pelopor Masyarakat Digital” yang digelar Kementerian Kominfo untuk masyarakat Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, Rabu (15/9/2021).
Dalam webinar yang diikuti seratusan peserta itu, Nabil menuturkan, ada banyak cara menciptakan jejak digital yang positif di ruang digital. Salah satunya, rutin memeriksa jejak digital dengan mencari jejak diri sendiri di situs pencarian untuk mengecek seperti apa sebenarnya jejak digital yang pernah kita tinggalkan.
”Apabila terdapat jejak digital yang kurang baik, sebaiknya segera hapus atau sembunyikan agar orang lain tak bisa melihatnya,” kata Nabil seraya membeberkan jenis jejak digital yang pasif dan aktif.
Jejak digital pasif biasanya ditandai aktivitas yang tidak memiliki tindakan tertentu, sehingga yang terekam hanya alamat IP (IP Address), riwayat pencarian, dan lokasi. Sedangkan jejak digital aktif merupakan jejak yang tercipta karena peran aktif pengguna. Contohnya, unggahan media sosial, pengisian formulir secara daring, juga pengiriman email.
Untuk menciptakan jejak digital yang positif, bisa pula dilakukan dengan bersikap bijak sebelum menulis, mencari, berkomentar beberapa hal di ruang digital. Nabil mengingatkan, yang tampil di internet bukan sekadar informasi tentang diri sendiri, tetapi cara berperilaku juga kerap terekam dalam internet. ”Jadi, diperlukan pemikiran yang matang sebelum menulis atau mengunggah apa pun ke internet,” imbuhnya.
Selain itu, biasakan mengontrol fitur keamanan ponsel atau tablet yang merupakan perangkat yang memberikan akses langsung terhadap diri sendiri secara pribadi. Pelajari aturan privasi di dalam perangkat tersebut, kemudian pastikan untuk tidak mengizinkan aplikasi yang akan menarik data pribadi tanpa sepengetahuan kita.
Nabil menambahkan, membangun citra diri yang positif itu diperlukan. Untuk itu, gunakan akses internet untuk hal yang positif. Salah satunya dengan menampilkan kearifan, baik dalam bentuk konten berupa tulisan gambar atau video, sehingga dapat berguna bagi orang banyak.
Narasumber lain dalam webinar kali ini, aktivis penggerak budaya dan pemberdayaan masyarakat Imam Baihaqi menuturkan, sikap kepeloporan masyarakat digital dalam bermedia sosial bagi warganet Indonesia dapat dilakukan dengan berbagai hal yang produktif dan positif. ”Mulailah dengan menjaga kerukunan, dengan menghormati ras agama atau golongan lain, menghormati perbedaan, baik pendapat maupun status pengguna ruang digital lain,” kata Imam.
Sikap kepeloporan masyarakat digital yang positif, lanjut Imam, juga bisa dilakukan dengan belajar menanamkan kesadaran pada diri sendiri. Misalnya, bersikap tidak merasa benar sendiri dengan menegasikan kebenaran versi orang lain. Termasuk, tidak memaksakan kehendak dan berani menjaga harkat dan martabat kemanusiaan dalam interaksi dunia maya.
”Kepeloporan di ruang digital ini perlu disertai dengan kepekaan dan kepedulian sosial terhadap lainnya yang mengalami ketidakadilan. Juga, berani menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan selalu berpijak pada aturan hukum dan konstitusi yang berlaku, di dunia nyata maupun dunia maya,” tegas Imam.
Webinar yang dipandu oleh moderator Dimas Satria ini juga menghadirkan narasumber: social media communications PT Cipta Manusia Indonesia Annisa Choiriya Muftada, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pemalang Mualip, serta Masayu Dewi selaku key opinion leader.