Pengguna internet yang cukup tinggi jumlahnya di Indonesia merupakan salah satu peluang dalam melakukan ekspansi UMKM ke platform digital. Business coach UMKM Rizki Ayu Febriana dalam webinar literasi digital bertema ”Komoditi dan Produk Lokal dalam E-Market” mengatakan, transformasi telah mengubah kebiasaan masyarakat khususnya transaksi daring.
Berdasarkan data dari Statista pada 2020, Rizki Ayu Febriana menjelaskan ada sebanyak 55 persen masyarakat yang mengaku lebih sering belanja daring sejak pandemi Covid-19 dan menduga akan semakin sering ke depannya. Alasan tersebut menjadi pemantik, khususnya bagi pelaku UMKM di daerah, untuk pindah ke platform daring seperti e-commerce, e-market.
”Namun berpindah ke platform daring, baik sebagai pelaku usaha atau pembeli, perlu memahami etika dan netiket. Yakni, norma serta sopan santun dalam bertransaksi,” ujar Rizki Ayu Febriana dalam webinar yang diselenggarakan oleh Kementerian Kominfo RI untuk masyarakat Kabupaten Pati, Jawa Tengah, Senin (20/9/2021).
Prinsip etika digital dalam pilar literasi digital meliputi kesadaran oleh pengguna dalam beraktivitas di ruang digital, bertanggung jawab pada setiap perbuatan yang dilakukan, memiliki integritas atau kejujuran, serta melakukan kebaikan di ruang digital.
”Etika bertransaksi di ruang digital pengguna perlu mendaftarkan diri dengan identitas asli yang jelas sesuai ketentuan platform yang digunakan. Mengenal dengan baik fitur layanan, seperti kebijakan penjualan, detail produk, keamanan akun, proses pembayaran dan pengiriman produk, serta proses pengembalian produk,” sebutnya.
Namun yang jelas, lanjut Rizki Ayu Febriana, dalam bertransaksi daring adalah menggunakan bahasa yang sopan dan santun serta bertindak jujur dan baik dalam bertransaksi.
Dari sisi kecakapan digital, pegiat UMKM Yulius Wibowo membagikan cara untuk mengoptimalkan fotografi produk bagi pelaku UMKM. Ia berpendapat, peran serta fotografi ikut mempengaruhi psikologi calon pembeli untuk setidaknya melihat produk yang ditampilkan.
”Namun jika kita perhatikan masih banyak pelaku UMKM yang berjualan produk menggunakan hasil karya foto orang lain. Tentu hal tersebut melanggar etika bermedia digital, khususnya dalam hak kekayaan intelektual dari pemilik foto tersebut,” ujar Yulius Wibowo.
Ia menjelaskan, ada dua rumusan dasar untuk membuat foto produk agar menarik. Sebagai pelaku UMKM, foto produk merupakan alat penting untuk menyajikan produk, dan untuk itu butuh modal yang relatif ekonomis untuk mewujudkannya.
”Aturan dasar dalam mengambil foto produk adalah memahami angle of lighting atau arah cahaya datang, serta quality of lighting atau kualitas cahaya yang secara rumusnya ada tiga yakni hard, medium dan soft,” ujar Yulius yang juga mantan dosen fotografi.
Kualitas cahaya yang keras atau hard adalah cahaya langsung, misalnya kondisi cuaca matahari yang cerah tanpa awan. Cahaya medium ia ibaratkan seperti cahaya matahari tapi dalam kondisi berawan, sedangkan cahaya yang soft adalah kondisi mendung. ”Untuk foto produk itu paling pas kalau pakai foto yang cahayanya soft atau lembut, karena dapat memberikan kesan produk terlihat mewah,” jelasnya.
Selain kamera, baik kamera handphone atau kamera SLR, membuat foto produk yang menawan membutuhkan bahan lampu sebagai sumber cahaya atau memanfaatkan cahaya matahari. Menggunakan kertas kalkir atau bisa diganti dengan kantong platik warna putih susu beserta sedotan dan tape bening untuk membuat kerangka kalkir, meja kaca atau kertas, dan styrofoamuntuk memantulkan cahaya jika diperlukan.
Dengan posisi kerangka kertas kalkir pada sudut 45 derajat, sumber cahaya dari belakangnya, alas meja kaca berwarna gelap untuk meletakkan produk, dan posisi kamera disesuaikan dengan sudut pencahayaan akan menghasilkan foto produk dengan cahaya yang soft dan ada efek gradasi.
”Yang perlu diperhatikan dalam pemotretan adalah menjaga kebersihan pada saat pemotretan dari debu dan sidik jari baik pada produk, background foto, dan lensa kamera. Biasakan memberikan ruang lebih dalam frame foto agar dapat memuat caption tambahan tentang produk. Biasakan pakai baju berwarna netral dan polos untuk meminimalisir pantulan warna pada produk,” urai Yulius membagikan tips memotret produk.
Kegiatan yang dimoderatori oleh Ayu Perwari (penari tradisional) juga diisi oleh narasumber lainnya Zusdi F. Arianto (Direktur Masbos Kreatif), Khairul Anwar (Marketing and Communication Specialist), serta Ken Fahriza (data analyst) yang menjadi key opinion leader.
Kegiatan webinarnya sendiri merupakan bagian dari Program Nasional Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital yang diselenggarakan secara serentak di seluruh kabupaten/kota se-Indonesia. Masyarakat diajak untuk memperdalam literasi digital yang meliputi digital ethics, digital culture, digital skills, dan digital safety. Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kecakapan masyarakat dalam menggunakan dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. (*)