Senin, November 25, 2024

Budaya digitalisasi berbeda dari pendahulunya

Must read

Meluasnya penggunaan komputer pribadi disertai kecakapan penggunaan perangkat lain seperti smartphone membuat komunikasi melalui ruang digital memiliki kekhasan tersendiri yang jelas dan berbeda satu sama lain.

“Budaya yang dibentuk oleh digitalisasi berbeda dari pendahulunya, media massa cetak dan elektronik. Terbentuk budaya yang lebih berjejaring, kolaboratif dan partisipatif,” ungkap Nugrahaeni Prananingrum, Dosen Universitas Negeri Jakarta, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah, Rabu (6/10/2021).

Menurut anggota Jaringan Pegiat Literasi Digital (Japelidi) ini, budaya digital sebagai penguatan karakter berbangsa manusia modern selalu bersentuhan dengan perkembangan kehidupan manusia.

Contoh, lanjut dia, pada saat pandemi seseorang menjadi lebih kreatif dan lebih inovatif apalagi didukung internet sebagai perangkat komunikasi yang penggunaannya bersifat massal.

Perubahan budaya itu terlihat dari aktivitas kehidupan sehari-hari mulai dari bekerja, kegiatan belajar mengajar maupun bisnis. Dengan perangkat digital semua lebih efisien dan teratur, jejaring lebih luas merentang ruang dan waktu serta melewati batas negara dan budaya.

Untuk itu, lanjut Nugrahaeni, karakter individu perlu diperkuat sebab arus informasi mempengaruhi pola berpikir seseorang sekaligus mempengaruhi kemampuan memilah dan memilih informasi.

“Penguatan karakter masyarakat digital Indonesia dalam dunia digital turut memberikan andil yang kuat bagi penanaman nilai-nilai nasionalisme,” ucapnya.

Dengan bekal literasi digital, dia berharap setiap individu mampu memilih informasi yang bertanggung jawab, rasional dan mempergunakan logika.

Ada baiknya juga untuk memperkuat pertahanan diri dengan nilai dan norma. “Gunakan ruang digital secara bertanggung jawab, terus menerus belajar mempergunakan cipta, rasa dan karsa. Kuasai literasi digital dengan baik,” pesan dia.

Dilihat dari kacamata pendidikan, Puji Narima Wati selaku Guru SMPN 2 Selomerto Wonosobo yang juga narasumber webinar bertema “Memilih dan Memilah Informasi yang Bertanggung Jawab” ini menambahkan, karakter remaja yang menggebu-gebu dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi membuat mereka mengakses media sosial yang tak terkendali.

Terkadang bisa membuat teknologi menjadi sumber masalah sebab usia remaja merupakan peralihan menuju kedewasaan. Terkadang pula keputusan yang dibuat oleh remaja cenderung labil.

Dipandu moderator Neshia Sylvia, webinar juga menghadirkan narasumber Bevaola Kusumasari (Dosen Fisipol UGM), Wisnu Martha Adiputra (Dosen Dikom Fisipol UGM), Afif Nur Hidayat (Bupati Kabupaten Wonosobo) sebagai Keynote Speech, Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Ayu Rachmah (Automotive Enthusiast) sebagai Key Opinion Leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article