Minggu, November 24, 2024

Literasi tingkatkan kinerja otak dan asah kemampuan kognitif

Must read

Programme for International Student Assessment pada September 2018 melansir, terdapat 1 dari 1.000 orang di Indonesia yang rajin membaca. Ini menempatkan Indonesia berada pada peringkat ke-62 dari 74 negara dengan penduduk yang rutin membaca.

“Dalam satu hari, orang Indonesia membaca buku kurang dari satu jam,” ungkap Muhammad Fadlullah, Konsultan IT dan Trainer Robotika, saat menjadi narasumber webinar literasi digital yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk masyarakat Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, Senin (4/10/2021).

Secara harfiah merujuk pada kamus Bahasa Indonesia, menurut dia, membaca adalah aktivitas melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis, bisa dengan melisankan atau hanya dalam hati. Mengeja atau melafalkan apa yang tertulis juga bisa disebut sebagai aktivitas membaca.

Rendahnya minat baca rupanya mempengaruhi literasi digital. Padahal cakap literasi sangat bermanfaat, antara lain meningkatkan kinerja otak, mengasah kemampuan kognitif serta terhindar dari hoaks.

Selain itu, juga menambah perbendaharaan kata dan pengetahuan. “Literasi digital awalnya hanya berfokus pada keterampilan digital dan komputer, lalu meluas sejak munculnya internet dan media sosial,” jelasnya.

Seorang Pendidik sekaligus Aktivis Lintas Iman, Nurul Hajar Latifah, yang juga menjadi narasumber webinar bertema “Bangkitkan Budaya Membaca Generasi Muda di Era Digital” ini, mengakui rendahnya tingkat literasi. “Indonesia menempati sepuluh negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah,” ucapnya.

Nurul lantas menawarkan solusi sekaligus berharap supaya pemerintah memperkuat gerakan literasi sekolah, gerakan Indonesia membaca dan gerakan literasi keluarga. Kenapa literasi sangat penting? “Untuk meningkatkan kualitas diri,” kata dia.

Dia khawatir, luasnya wawasan dan pengetahuan tanpa disertai etika bisa saja wawasan dan pengetahuan tersebut dimanfaatkan untuk hal-hal yang buruk. “Sebaliknya, etika tanpa ada wawasan dan pengetahuan akan memudahkan kita ditipu orang,” ucapnya.

Dipandu moderator Nindy Gita, webinar juga menghadirkan narasumber Denik Iswardani Witarti (Dosen Magister Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur), AP Tri Yuniningsih (Dosen FISIP UNDIP), Idza Priyanti (Bupati Kabupaten Brebes) sebagai Keynote Speech, Ganjar Pranowo (Gubernur Provinsi Jawa Tengah) sebagai Keynote Speech dan Ronald Silitonga (Musisi) sebagai Key Opinion Leader.

- Advertisement -

More articles

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

- Advertisement -

Latest article