Teknologi digital menjadi sarana menyebar pesan agama semakin luas. Era digital mengubah peran konvensional penyuluh agama. Bukan lagi membawa pesan agama secara konvensional di pengajian dengan peserta terbatas, tapi kini era digital mengantar penyuluh agama mesti menyesuaikan dengan penyerap pesan agama yang makin luas, tak terbatas.
Kakanwil Kementerian Agama Jawa Tengah, Mustain Ahmad, saat menjadi keynote spech berpesan pada peserta Webinar Literasi Digital: Indonesia Makin Cakap Digital untuk warga Kabupaten Pati, 28 September 2021, menyampaikan, ”Manfaatkan webinar ini untuk makin memperkaya kecakapan digital agar bisa membuat konten yang menandingi produksi konten negatif di medsos, yang makin tak terbendung. Tandingi dengan membuat yang positif dan bernuansa sejuk serta mudah dicerna umat”.
Lebih jauh Kepala Penerangan Agama Kanwil Kementerian Agama Jateng Afief Mundzir menambahkan, disrupsi ini mesti direspons positif oleh para penyuluh agama. Kini, kita berhadapan dengan konten-konten agama di medsos yang sumber dan keilmuan penyampainya banyak yang kurang akuntabel.
”Ini bisa memicu salah penafsiran dan mengganggu kerukunan beragama kalau tak diatasi. Di sinilah peran kita, penyuluh agama, agar membanjiri program konten penyuluh agama secara positif dengan dalil sunah dan ayat yang lebih akurat dan narasumber kredibel. Banjiri terus, agar umat mendapat informasi akurat dan menyejukkan, sehingga kerukunan agama terus terjaga,” ujar Afief.
Memanfaatkan teknologi digital untuk menyebarkan pesan agama yang rahmatan lil alamin buat penyuluh agama merupakan pilihan yang tak terelakkan, tambah Afief. Dan, semua harus menekuninya demi peran positif untuk melawan pesan radikal yang membawa agama dalam sosok yang keras, kasar, dan menakutkan.
”Ini yang mesti diubah menjadi agama, khususnya Islam, yang sejuk dan menenteramkan. Lewat konten digital, hal itu makin mudah diperjuangkan bersama-sama,” terang Afief dalam diskusi bertopik ”Adaptasi 4 Pilar Literasi Digital untuk Penyuluh Agama”, yang diikuti hampir seribu peserta lintas profesi dari seantero karesidenan Pati secara daring.
Afief menambahkan, di Jateng saja ada 4.446 penyuluh agama. Kalau bersama memproduksi konten penyuluh yang menarik dan sejuk, kemudian disebar di medsos, itu akan membawa pesan yang cukup dahsyat. ”Memperbaharui citra Islam yang sempat tercoreng dengan hadirnya kelompok radikal yang membawa pesan kontraproduktif dan mengganggu citra positif Islam yang toleran dan sejuk,” tutur Afief.
Fadrian Gultom, praktisi digital social media, membagi sarannya pada para penyuluh yang ikut webinar agar memanfatkan ruang digital secara positif. Ia mengajak penyuluh agama untuk memproduksi pesan yang bisa menjadi tuntunan buat umat, bukan sekadar tontonan yang membawa pesan toleransi dan kerukunan. Tidak pada tempatnya kalau terus mempertentangkan perbedaan. Mari perkuat ukhuwah, bukan semua agama tapi ukhuwah keindonesiaan.
”Di sini penyuluh agama berperan ideal dan strategis dalam garda terdepan yang berinteraksi langsung dengan umat dan sangat didengarkan. Jadi, bisa mencegah persebaran berita hoaks yang sering memicu konflik agama. Ambil peran itu lebih maksimal,” pesan Fadrian. Bersama Afief dan Fadrian, acara yang dipandu moderator Nadia Intan juga menampilkan dua pembicara lain: Muawin, penulis dan pengelola konten media sosial dan Khamdani, Kasie Penyuluhan Agama Islam Kanwil Kemenag Jateng, serta Oka Fahreza, presenter TV dan konten kreator yang tampil sebagai key opinion leader.